Katong Pung Betlehem

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko
Tulisan Egwin Gawe

Regio Timor, begitulah nama yang disematkan bagi kelompok seminaris dan orang tua seminaris St. Yohanes Berkhmans asal Timor. Sekalipun berdomisili di Pulau Timor, keluarga-keluarga ini berasal daerah yang berbeda-beda. Meski demikian, suasana kekeluargaan di dalam komunitas ini begitu terasa.

Kelompok kami ini merayakan Natal bersama pada Jumat malam, 29 Desember 2023 di rumah salah satu teman kami. Dalam acara ini, para seminaris dan keluarga mereka bukan sekadar berkumpul. Acara Natal bersama ini sebenarnya menjadi momen kekeluargaan.

 

Natal: Momen Kekeluargaan

Dewasa ini Hari raya Natal tampaknya mengalami pembengkokkan makna. Pembengkokkan ini menjadi akibat dari sekularisme. Fenomena sekularisme menyebabkan perayaan Natal menjadi identik dengan lampu kelap-kelip, minuman bersoda, dan Santa Klaus. Oleh karena itu kita perlu melihat kembali pada arti Natal yang sesungguhnya.

Natal sebenarnya adalah perayaan yang sangat erat dengan keluarga. Kata “natal” sendiri berasal dari bahasa Latin dies natalis yang berarti hari lahir. Hal ini merujuk pada kelahiran Kristus yang menjadi inti dari perayaan Natal.

Kelahiran adalah sebuah peristiwa yang dekat dengan keluarga. Ketika seorang anak lahir ke dalam keluarganya, ia diterima sebagai bagian dari keluarga. Inilah makna Natal yang lebih penting, yaitu suasana kekeluargaan yang menerima kelahiran Juruselamat. Di situ Sang Juruselamat disambut dalam kekeluargaan manusia yang begitu sederhana. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang berjiwa kekeluargaan jauh lebih sesuai dengan pokok dari Hari raya Natal itu sendiri.

Acara Natal bersama Regio Timor ini memang menjadi momen kekeluargaan yang berkesan. Dapat dibilang kekeluargaan dalam komunitas ini bukanlah sebuah kebetulan, melainkan ikatan antara keluarga-keluarga yang menerima panggilan imamat pada salah satu anggotanya.

Seminaris membawakan satu acara bersama OMK Paroki St. Yosef Penfui

Betlehem

Acara Natal bersama Regio Timor ini memiliki konsep yang sederhana layaknya pesta pada umumnya. Rangkaian acara dibagi menjadi lima bagian, yaitu Perayaan Ekaristi, pesan dan kesan, makan malam bersama, tukar kado, dan tidak ketinggalan joget bersama.

Bagian pertama dalam acara Natal bersama ini ditempati oleh Perayaan Ekaristi. Hal ini dimaknai sebagai maksud dari Natal bersama itu sendiri. Hal yang pertama-tama kita rayakan adalah kebersamaan dengan Sang Penebus yang lahir. Dengan demikian, dalam rangka memeriahkan Natal, acara Natal bersama kembali pada makna pokoknya, kebersamaan dengan Dia sebagai satu keluarga Rohani.

Acara ini tidak hanya melibatkan para seminaris dan keluarga seminaris saja. Acara ini mendapat kontribusi dari sejumlah pihak lain. Salah satu bentuk dari partisipasi itu adalah koor dalam perayaan ekaristi yang ditanggung oleh umat KUB St. Teresa dari Kalkuta. Acara Natal bersama kami bahkan dihadiri oleh sejumlah tamu non-katolik. Hal itu bukan saja mencerminkan dukungan mereka terhadap para seminaris, tetapi juga ikatan kekeluargaan di antara masyarakat setempat.

Adapun sisa acara ini digunakan untuk saling berbagi cerita. Pada sesi sambutan, seminaris diberi kesempatan untuk menyampaikan pesan natal bagi para hadirin lainnya. Momen ini juga menjadi saat bagi para orang tua seminaris untuk berbagi pengalaman mereka.

Dari acara Natal bersama ini, kami, para seminaris belajar suatu hal. Suasana persaudaraan dan kekompakan tidak hanya ada di antara kami, seminaris. Suasana itu juga dialami oleh para orang tua kami tanpa kami ketahui. Mereka saling meneguhkan, saling membantu, dan saling mendukung panggilan seminaris lain. Mereka bahkan dengan antusias memberikan sumbangan dana dan tenaga demi berlangsungnya acara bersama ini.

Kegiatan ini tentu menjadi meninggalkan kesan yang berbekas. Kegiatan semacam ini mungkin terkesan sederhana dan sering dilakukan oleh banyak komunitas. Namun kebersamaan semacam ini mungkin akan sulit ditemukan dalam era di mana sikap individualis berkembang. Apakah Natal akan selalu dikenang sebagai perayaan kekeluargaan?

Generasi muda masa kini akan meneruskan suasana Natal itu. Bagaimana Natal itu dirayakan juga bergantung pada kenangan mereka akan Natal. Orang tua kami mengajarkan kami tentang makna Natal bersama yang sesungguhnya. Natal yang sesungguhnya adalah perayaan bersama orang terdekat. Ia tidak perlu dirayakan secara luar biasa meriah. Hal yang paling penting adalah sukacita bersama. Kebersamaan itulah yang tidak boleh dilupakan oleh generasi muda masa kini. Kebersamaan itulah yang layak disebut sebagai Betlehem, suasana di mana kami hadir  dan bersukacita bersama-Nya sebagai satu keluarga (Egwin Gawe, siswa kelas XII MIA Seminari Mataloko).