Potret Hardiknas di Seminari Mataloko

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

SMPS dan SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko melangsungkan upacara bendera memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang jatuh pada Kamis, 2 Mei 2024. Perayaan Hardiknas ini merujuk pada Surat Edaran (SE) Mendikbudristek Nomor: 11911/MPK.A/TU.02.03/2024 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2024. Adapun dalam SE ini ditetapkan tema peringatan Hardiknas 2024, yakni “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Selain itu, dalam SE ini dicanangkan bulan Mei tahun 2024 sebagai “Bulan Merdeka Belajar”.

Dalam perayaan ini, Kepala Sekolah SMPS Seminari Mataloko, RP. Antonius Waget, SVD., atau Pater Anton yang bertindak sebagai pembina upacara membacakan teks pidato Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim untuk Hardiknas tahun 2024. Dalam pidatonya, Nadiem Makarim mensyukuri perjalanan gerakan Merdeka Belajar yang telah berlangsung selama lima tahun terakhir, walau sempat ditantang dengan pandemi Covid-19.

“Ombak kencang dan karang tinggi sudah kita lewati bersama. Kini, kita sudah mulai merasakan perubahan terjadi di sekitar kita, digerakkan bersama-sama dengan langkah yang serempak dan serentak. Wajah baru pendidikan dan kebudayaan Indonesia sedang kita bangun bersama dengan gerakan Merdeka Belajar.”

Selain itu, Nadiem juga menegaskan bahwa gerakan Merdeka Belajar yang telah berjalan selama lima tahun terakhir itu mesti terus dihidupkan secara kontinu dalam perjalanan pendidikan di Indonesia ke depannya. “Lima tahun bukan waktu yang sebentar untuk menjalankan tugas memimpin gerakan Merdeka Belajar. Namun, lima tahun juga bukan waktu yang lama untuk membuat perubahan yang menyeluruh. Kita sudah berjalan menuju arah yang benar, tetapi tugas kita belum selesai. Semua yang telah kita jalankan harus diteruskan sebagai gerakan yang berkelanjutan. Semua yang sudah kita upayakan harus dilanjutkan sebagai perjalanan ke arah perwujudan sekolah yang kita cita-citakan.”

Dalam catatan tambahan terhadap teks pidato Nadiem Makarim ini, Pater Anton turut mempertegas gerakan Merdeka Belajar dalam konteks pendidikan di Seminari. Bagi Pater Anton, gerakan Merdeka Belajar yang telah diperjuangkan secara nasional tersebut merupakan sebuah gerakan yang sangat positif  dan sangat membantu pengembangan diri para peserta didik.

Gerakan atau semangat itu, lanjut Pater Anton, mesti secara lebih baik lagi diwujudkan dalam proses pendidikan di Seminari, terlebih khusus dalam upaya menampik beberapa problem yang terjadi di Seminari belakangan ini. Para pendidik mesti mengamalkan filosofi gerakan Merdeka Belajar dari Ki Hajar Dewantara, yakni Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani. Para pendidik mesti berada di depan untuk bisa menjadi teladan bagi para siswa. Para pendidik juga mesti berada di tengah-tengah untuk merangsang para siswa guna melahirkan ide-ide yang kreatif. Selain itu, para pendidik juga harus berada di belakang untuk memberikan dorongan semangat-motivasi bagi para siswa.

Kesan Guru

Sementara itu, dalam pandangan terhadap Hardiknas, Ermelinda Muku, S. Pd., atau Ibu Ermin sebagai guru di SMPS Seminari Mataloko, melihat Hardiknas sebagai momentum bagi seorang pendidik untuk merayakan dedikasinya sebagai pembentuk masa depan anak didik. Ibu Ermin juga melihat Hardiknas sebagai momentum bagi dirinya untuk merefleksikan perjalanannya sebagai pendidik di Seminari sejak tahun 2006.

“Hardiknas ini juga sebagai momentum refleksi dan cambuk bagi saya untuk tetap setia dan berkomitmen dalam menjalankan tugas sebagai pendidik. Sebagai guru awam yang dipercayakan sejak 2006 untuk mengabdi di lembaga pendidikan calon Imam ini, saya merasa terpanggil untuk terus bergerak maju, berinovasi, dan menginspirasi sesama rekan guru serta para seminaris dengan tetap memperhatikan visi dan misi lembaga pendidikan Seminari”, ungkap Ibu Ermin yang juga merupakan guru penggerak angkatan VII Kabupaten Ngada.

Ibu Ermin juga menambahkan dua hal penting yang sekurang-kurangnya bisa menjadi bahan reflektif bagi lembaga pendidikan Seminari di hari pendidikan nasional. Pertama, refleksi pencapaian. Menurut Ibu Ermin, lembaga pendidikan Seminari selama ini telah memiliki pencapaian yang cukup gemilang. Hal itu tampak dalam bidang akademik, kegiatan ekstrakurikuler, dan komunitas Seminari sendiri cukup banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat dan pemerintah.

Kedua, refleksi tantangan. Seminari bisa mengidentifikasi tantangan yang dihadapi seperti: bagaimana cara mengemas kurikulum merdeka agar dapat berkolaborasi dengan kurikulum khas Seminari yang memiliki tuntutan nilai-nilai kebajikan dan nilai-nilai religius. Nilai-nilai tersebut bagi Ibu Ermin merupakan roh bagi lembaga pendidikan Seminari. Selain itu, Ibu Ermin juga mengungkapkan tantangan utama yang mesti direfleksikan lebih jauh oleh Seminari, yakni “bagaimana menyadarkan para seminaris agar di tengah tawaran hidup yang fantastis ini, mereka tetap sadar akan visi, misi, dan tujuan utama pendidikan Seminari, yaitu mendidik calon Imam.”

Selain itu, Maria V. Uta Djadja, S. Pd., atau Ibu Merlin sebagai guru di SMA Seminari Todabelu melihat Hardiknas bukan sekadar momen untuk memperingati hari lahirnya Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Lebih daripada itu, Hardiknas mesti dimaknai lebih jauh dalam konteks peran seorang guru sebagai tokoh pendidik.

Bagi Ibu Merlin, tujuan dari pendidikan ialah menuntun murid untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Tujuan ini mesti direfleksikan dalam perayaan Hardiknas ini. “Apakah kita sudah melaksanakan peran itu atau justru kita lebih banyak menuntut murid untuk melaksanakan apa yang kita inginkan. Siswa harus diberi ruang untuk bersuara dan membuat pilihan bagaimana dia belajar dan mengelola pembelajarannya,” ungkap Ibu Merlin yang juga merupakan guru penggerak angkatan IX Kabupaten Ngada.

Ibu Merlin juga menerangkan bahwa perjalanan pendidikan di Seminari belakangan ini mengalami kemunduran dalam hal keteladanan. Menurutnya, hal itu menjadi salah satu faktor penyebab bagi para siswa yang tidak melanjutkan pendidikannya sebagai calon Imam ke Seminari Tinggi. “Salah satu faktor adalah semakin menurunnya keteladanan baik dari guru awam maupun pembina,” terang Ibu Merlin.

Kesan Siswa

Sementara itu, sekretaris II OSIS SMA Seminari Todabelu, Jodeth Haobenoe (siswa kelas X) mengungkapkan kegembiraannya usai merayakan upacara bendera memperingati Hardiknas. Bagi Jodeth, Hardiknas menjadi sebuah kesempatan bagi dirinya dan teman-temannya untuk belajar menghargai pendidikan itu sendiri, yang telah diperjuangkan oleh founding fathers pendidikan Indonesia. Melalui Hardiknas, dirinya juga belajar untuk semakin mencintai proses pendidikan yang tengah dijalankan di Seminari.

Refleksi kegembiraan terhadap Hardiknas juga diungkapkan oleh Ketua OSIS SMPS Seminari Mataloko, Romero Watu (siswa kelas VIII). “Saya senang hari ini, kami para siswa SMP dan SMA bisa merayakan upacara bendera memperingati hari pendidikan nasional. Ini hari yang penting. Ini kesempatan bagi kami untuk me-refresh lagi perjalanan pendidikan kami. Saya dan teman-teman bisa merefleksikan kembali perjalanan pendidikan kami sebagai  calon Imam di Seminari ini. Jika ada hal yang buruk, maka kami mesti benahi. Jika ada hal yang baik, maka itu mesti dipertahankan,” ungkap Romero. (Bayu Tonggo).