BUTIR-BUTIR HARAPAN DI AWAL ZIARAH (3)

Laporan Perjalanan Rm. Nani (3)

 

Wisma Soverdi Jakarta sudah berubah wajah. Gedung tua sebelumnya didirikan sejak tahun 1950-an dan bertahan terus sampai tahun 2007. “Gedung tahun 1950-an memang didirikan sebagai rumah biara SVD, tidak dengan maksud sebagai tempat transit,” kata P. Frans Lamuri, SVD yang telah puluhan tahun bekerja di Soverdi Jakarta.

“Tahun 2007, gedung lama dibongkar, lalu dibuat bangunan baru berlantai tiga. Fungsinya pun lebih terbuka. Dia menjadi rumah transit, tidak hanya untuk konfrater SVD, tapi juga untuk para suster SSpS dan SSpS Adorasi Abadi. Juga para romo, pater atau suster dari biara yang lain,” jelas biarawan berusia 74 tahun ini.

“Karena itu, konfrater yang sedang belajar tidak tinggal di sini. Mereka menempati rumah yang lain,” lanjutnya. Maksudnya, supaya kamar-kamar digunakan para tamu.

Jumlah kamar yang tersedia 30. Sebagian di lantai paling atas ditempati para biarawan tuan rumah. Sebagian untuk perkantoran. Selebihnya diperuntukkan bagi penginapan. Fasilitas dalam setiap ruangan memenuhi standar untuk sebuah penginapan yang nyaman. Harganya pun terjangkau. “Rp200.000 per malam,” tambah P. Frans. Pelayanannya komplit: makan tiga kali, minum dua kali.

Saat saya masuk Kamis (20/2/2025), ada sejumlah suster dari Timor-Leste. Mereka menginap di Soverdi sambil menanti keberangkatan mereka ke Italia. Bicara bahasa Indonesia, nyambung. Bahasa Inggris, nyambung juga, walaupun setengah-setengah. Karena itu, mereka cenderung duduk sendiri.

Saya terkesan kebersamaan para biarawan SVD sebagai saudara. Setelah bangun pagi ada doa bersama jam 06.00, lalu dilanjutkan Perayaan Ekaristi di kapela yang indah di lantai dua. Para suster di sekitar Matraman merayakan Ekaristi di kapela ini. Juga sejumlah kecil umat.

Kapela selalu terbuka. Suasana paling nyaman malam hari. Saat orang semua sudah beristirahat, kita diselimuti keheningan yang damai di dalam kapela, ditemani Lampu Allah yang bersinar teduh. Di kapela itu semua konfrater SVD belajar berakar dalam Tuhan.

Setelah misa, sarapan sudah siap di kamar makan. Siapa pun bebas memulainya, tapi doa penutup bersama-sama. Siang hari atau malam hari ditutup dengan bacaan dari perikop yang akan dipakai saat misa keesokan harinya. Setelah makan, doa malam bersama di kapela.

Hari Kamis misa sore, dilanjutkan rekreasi bersama setelah makan malam. Hari Minggu, misa pukul 6.30 pagi. Malam hari ada rekreasi bersama.

Konfrater yang bertugas melayani tamu atau sesama konfrater yang hendak ke luar negeri menjalankan tugas sepenuh hati. Saya sendiri merasakan pelayanan itu. Pater Eko mengerjakan nyaris semuanya sampai detil.

Yang tinggal di Wisma Soverdi mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang sudah melalang buana ke mana-mana sebagai misionaris. Ada yang sudah bertahun-tahun bekerja di PBB, Amerika. Ada yang lama bekerja di Roma. Ada bruder tua yang sakit-sakit.

Yang datang dan pergi sebagai tamu pekerjaannya bervariasi. Provinsial, imam muda yang baru ditahbiskan, calon misionaris, para dosen dari berbagai perguruan tinggi. Ada ahli hukum, ahli psikologi, ahli filsafat, ahli teologi. Namun, saat ada dalam kebersamaan, semuanya melebur.

Letak Wisma Soverdi boleh dibilang strategis. Gedung BNI yang menjulang tinggi berada langsung di sampingnya. Pada sisi lain, berdiri Paroki Santo Yoseph Matraman yang dilayani para imam SVD. Indomart berada kurang lebih 600-700 meter. Toko buku Gramedia berada satu km  di seberang jalan. Kita berjalan ke Selatan (?) menelusuri sisi yang sama dengan Soverdi, lalu menyeberang ke sebelah melalui jembatan penyeberangan, berjalan lagi beberapa ratus meter, ketemulah toko buku Gramedia.

Ada satu hal yang menarik. Ada lift yang membawa kita sampai ke lantai 3. Namun, di samping pintu lift ada peringatan, agar kita merawat dan menyelamatkan bumi. Caranya? Pakai lift kalau sungguh diperlukan. Artinya, kalau masih kuat turun naik tangga, jangan pakai lift. Dengan itu kita hemat Listrik. Itu saya lakukan. Lihat lift, langsung muncul seruan dalam kepala, “Hemat, hemat!”  Maka saya ayun kaki turun naik tangga. Olahraga sedikit-sedikit.

Pada sisi pintu yang lain, ada seruan dalam bahasa Inggris yang menarik. “Let us do the SVD mission to save the world by saving energy and water in all SVD’s houses” – Mari kita menjalankan misi SVD menyelamatkan bumi dengan menghemat energi dan air di semua rumah SVD.

Di lantai satu sebelum sampai di pintu lift ada air yang mengalir dari tebing tembok yang tinggi. Tentu, ini rekayasa arsitektur. Tidak ada hubungan dengan seruan hemat air. Di bawahnya ada kolam, dan ikan mas besar-besar dan banyak. Kadang kalau kita berhenti sejenak, lalu melihat ikan berenang dengan gembira, hati ikut bersukacita. Sejenak kita lupa kerisauan hidup.

Di samping kolam, ada ruang rekreasi yang cukup luas. Di situ ada koran Kompas dan Majalah Hidup. Kalau kita baca sambil dengar percikan air yang jatuh, asyik juga. Iya, itulah suasana Wisma Soverdi tempat saya menginap.

  • Related Posts

    Seminari Raih 16 Prestasi dalam Ajang Hardiknas, FLS3N, dan O2SN di Ngada

    Ajang Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N), dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (02SN) tahun 2025 tingkat SMA/MA se-Kabupaten Ngada yang berlangsung sejak Senin (5/5),…

    MALAM PERTAMA BERSAMA PARA MISIONARIS

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (11) Pesawat ITA-Airlines menerbangkan kami dari Roma ke Amsterdam. Saya bertualang di sebuah dunia yang baru. Saya bersyukur ditemani Pater Aurel Pati Soge, SVD sealama perjalanan…