OSIS SMA SEMINARI TODABELU LAKSANAKAN SEMINAR

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

OSIS SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu melaksanakan Seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan Generasi Muda di antara Budaya Lokal dan  Budaya Modern,” Sabtu (10/2).

Seminar tersebut berlangsung di Aula SMA Seminari Todabelu dan melibatkan  semua siswa SMA Seminari Todabelu.

Adapun pembicara dalam Seminar itu, ialah Egwin Gawe (siswa kelas XII SMA Seminari Todabelu), Penanggap I: Mitchel Pantaleon (siswi kelas XI SMAK Regina Pacis Bajawa), Penanggap II: Olan Nanga (siswa kelas XI SMA Seminari Todabelu), dan Moderator: Fr. Bayu Tonggo.

Egwin Gawe (penceramah, berbaju putih) bersama Michel Pantaleon dari SMA Recis dan Olan Nanga dari SMA Seminari sebagai penanggap.

Tujuan dari Seminar tersebut bagi para seminaris ialah untuk menambah wawasan, cinta terhadap budaya, serta membentuk karakter kritis dan selektif para seminaris terhadap budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Seminar, Elon Dora (siswa kelas XII) kepada Breaking News usai Seminar.

“Tujuan utama dari Seminar OSIS ini, ialah untuk menambah wawasan kami para seminaris, membuat kami mencintai budaya kami masing-masing, serta juga, saya kira, secara lebih jauh dapat membentuk karakter kritis dan selektif kami para seminaris terhadap budaya asing yang masuk ke negara kita, Indonesia,” ujar Elon.

Dalam Seminar itu Egwin mempresentasikan esainya berjudul “Kamu Nanya Orang Jepang”. Esai ini menyabet juara I dalam lomba esai tingkat SMA se-NTT tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Sie Akademik BEM IFTK Ledalero.

Peserta antusias mengikuti diskusi.

Saat diwawancarai usai kegiatan, Egwin mengungkapkan alasan dirinya memberi judul esai tersebut.

“Secara umum, saya membuat esai ini, dan memberi judul seperti itu karena adanya tren “kamu nanya”, sebagai akibat adanya modernisasi. Saya mau mengajak pembaca untuk belajar dari Jepang. Meskipun mereka memiliki modernisasi lebih besar, tetapi mereka tidak terseret oleh pengaruh modernisasi itu sendiri,” ungkap Egwin.

Sementara itu, Olan sebagai penanggap II mengungkapkan rasa antusiasnya saat terlibat dalam Seminar tersebut.

“Saya merasa antusias dan tertantang untuk berpikir lebih kritis serta melatih public speaking. Pesan saya  para seminaris harus mempertahankan kegiatan yang beraroma ilmiah seperti ini,” ungkap Olan saat diwawancarai usai kegiatan. (Fiken Janggo dan Sandro Bi – KPB)