Tayang Perdana, “Kita dan Air Mata” Dapat Respon Positif

Setelah digarap selama kurang lebih dua minggu, film pendek “Kita dan Air Mata”, akhirnya boleh ditayangkan untuk pertama kalinya di hadapan para formator, karyawan/ti, dan seminaris, di Aula SMPS Seminari St. Yohanes Berkhmans Mataloko, Rabu, 16 April 2025.

Film pendek karya sutradara Fr. Tevin Lory bersama para seminaris kelas XII angkatan 2025 ini mendapat respon positif dari para formator dan seminaris.

Respon Positif

Praeses Seminari, RD. Martinus Ua menuturkan bahwa film ini memberikan pelajaran yang berharga bagi segenap warga Seminari dalam menyongsong perayaan Paskah dan dalam perjalanan menuju satu abad.

“Saya yakin kita bisa belajar banyak hal berharga dari film pendek ‘Kita dan Air Mata’ yang berdurasi 61 menit ini, dalam menyambut Paskah dan perayaan satu abad nanti,” ungkap Tinus saat membuka acara nonton perdana.

Bagi Tinus, hal-hal berharga bisa dipelajari, karena film pendek “Kita dan Air Mata” mengangkat kisah kehidupan seminaris dan mengambil latar di Seminari.

Selain itu, Prefek SMA, RD. Beni Lalo mengapresiasi perjuangan para frater dan seminaris kelas XII dalam menghasilkan film pendek tersebut. Beni berbangga, karena di tengah keterbatasan alat-alat multimedia, para frater dan seminaris kelas XII bisa menghasilkan sebuah film pendek yang mengagumkan.

“Saya kagum dengan perjuangan para frater dan siswa kelas XII ini. Kamu generasi muda yang luar biasa, yang bisa hasilkan sesuatu di tengah keterbatasan alat-alat multimedia di Seminari ini. Proficiat,” ungkap Beni saat diberi kesempatan menyampaikan kesannnya di akhir acara nonton perdana.

Sementara itu, perwakilan para seminaris kelas XII yang turut berperan dalam film “Kita dan Air Mata”, mengungkapkan kebanggan mereka, karena boleh dilibatkan dalam proses pembuatan film dan bisa mempersembahkan sebuah film untuk Seminari.

“Kami bangga sekali, karena bisa terlibat dalam proses pembuatan film ini, baik sebagai aktor maupun kru belakang layar. Selain itu, kami senang, karena sebelum kami tamat, kami bisa persembahkan satu film untuk Seminari,” ungkap Lino Kesu, Bertrand Odos, Ansgar Ea, dan Igond Djawa saat diberi kesempatan mengungkapkan kesan mereka, usai acara nonton perdana.

Mewakili para seminaris kelas XII, mereka berharap, lewat film-film pendek yang pernah dibuat oleh Seminari selama ini, “Seminari selalu belajar untuk semakin terus meningkatkan tidak hanya kuantitasnya, tetapi juga kualitasnya.”

Lahir dari Ruang Hening

Adapun film pendek “Kita dan Air Mata”, bagi Tevin, lahir dari ruang hening, dari perjumpaan antara kehilangan dan harapan, dan dari air mata yang tak pernah sia-sia.

“Film ini hanyalah sehelai  kisah yang kami kumpulkan dari serpihan-serpihan kenyataan: tentang kehilangan yang tak bisa diucapkan, tentang cinta yang bertahan meski dunia hancur pelan-pelan, dan tentang kita, manusia yang terus belajar menangis dengan cara yang baru,” tegas Tevin dalam sebuah narasi yang dibacakannya di awal acara nonton perdana.

Selain itu, film pendek “Kita dan Air Mata”, menurut Tevin, pada dasarnya “tidak ingin menciptakan kesedihan, tetapi hanya ingin mengajak kita mengingat, bahwa menangis bukan tanda kelemahan, melainkan bahasa terakhir ketika semua kata gagal menjelaskan.”

Apresiasi

Saat diwawancarai di akhir acara nonton perdana, Tevin mengapresiasi para seminaris kelas XII yang telah berproses bersama dirinya dalam pembuatan film pendek tersebut.

“Saya bangga dan terinspirasi oleh dedikasi para seminaris kelas XII, dan saya merasa terhormat bisa bekerja bersama mereka,” ungkap Tevin.

Para seminaris kelas XII telah membuat setiap momen di layar film menjadi hidup dan bagi Tevin, itulah yang akan tetap abadi.

“Mereka tidak hanya memerankan karakter, tetapi menjadi karakter itu sendiri. Setiap ekspresi, setiap gerakan tubuh, setiap tatapan yang diberikan, semua itu tidak hanya memukau mata, tetapi juga menyentuh hati,” jelas Tevin. (Bayu Tonggo).

  • Related Posts

    KEAJAIBAN PENGAMPUNAN

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (46) Rumah yang kami kunjungi, Minggu (18/5/2025), sangat sederhana. Itu rumah batu pemberian orang untuk pasangan Luigi dan Assunta Goretti, orang tua Santa Maria Goretti. Mereka…

    TRE FONTANE

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (45) Tre Fontane. Tiga Mata Air. Apa itu? Pada 26 Juni tahun 67 M, Santo Paulus dipenggal kepalanya. Begitu dipenggal, kepalanya terloncat dan jatuh ke tanah…