MEMPROGRAMKAN ULANG DIRI KITA

Laporan Perjalanan Rm. Nani (35)

 

Judul tulisan di atas sangat provokatif. Memprogramkan ulang diri kita. Kok bisa? Ini pertanyaan yang tersimpan dalam diri saya ketika P. Kundalaisamy Sookai, SVD, psikolog yang menjadi Direktur Program Tersiat Nemi yang ke-91 ini mengajak kami bermeditasi dengan mengulang terus-menerus kata-kata ini, “Every day, in every way, I am becoming the best version of myself – Setiap hari, dalam cara apa pun, saya sedang menjadi versi terbaik diriku”.

“Nani, mari ke kantor saya,” ajak Samy. Saya mengikutinya ke kantor  setelah sesi integrasi, dimana dia mengingatkan kami betapa pentingnya memproses hal-hal yang sudah kami dapatkan.

Dalam sesi integrasi Rabu (9/4/2025) pagi, dia mengingatkan kami akan roda emosi. “Manfaatkan itu sebaik-baiknya. Kosa-kata emosi akan diperkaya, dan akan membantu kita memberi nama yang tepat bagi emosi kita. Itu salah satu upaya pemrosesan,” tegasnya.

Saya mencari-cari roda emosi yang saya selipkan di buku catatan. Hilang. “Samy, roda emosi saya hilang ko. Saya bisa dapat lagi ko?” Itu sebabnya dia memanggil saya ke kantornya.

“Nani, saya senang kau berminat sekali di pemrosesan mental itu,” katanya sambil mengajak saya duduk di kursi. Dalam sesi integrasi saya bertanya tentang apa yang dimaksudkan distorsi kognitif dan cara praktis mengeksplorasi dan membawanya ke tingkat kesadaran.

“Kebanyakan kita dari Asia datang dari keluarga dengan pendidikan yang keras. Kita tidak bisa mempersalahkan orang tua kita. Mereka pasti punya pendasaran tertentu yang membuat mereka percaya, pendidikan seperti itu bagus,” jelasnya.

Sejak kecil kita memang ditimbuni target. Harus begini, harus begitu. Juga penuh larangan. Jangan ini, jangan itu. Tidak jarang itu semua disertai kekerasan. Hal-hal seperti itu datang dari mana-mana: dari orang tua, keluarga besar, masyarakat, pendidikan.

“Akibatnya, yang tertimbun di dasar subconscious mind kita semua hal negatif itu. Tubuh kita pun mempunyai memori untuk menyimpannya,” katanya sambil menggambarkan satu gunung besar subconscious mind yang penuh timbunan beban negatif, yang kemudian membentuk konsep diri dan tingkah laku kita.

Salah satu hal negatif yang kita alami adalah cognitive distorsions. Istilah itu merujuk kepada pikiran-pikiran irasional yang membentuk cara kita melihat dunia, cara kita merasa, dan cara kita bertindak.

“Nanti saya akan berikan satu dua lembar handouts untuk kau tentang cognitive distorsions itu,” janjinya.

Sebelumnya, pada sesi integrasi, dia sudah menjelaskan satu dua contoh tentang distorsi kognitif.

“Misalnya, kita pernah punya pengalaman negatif dengan orang India, lalu setiap kali bertemu orang India pikiran negatif muncul. Itu overgeneralization – generalisasi yang berlebihan,” jelasnya.

“Atau mind reading. Kita sering suka sekali baca pikiran orang. Dia pasti pikir saya begini, saya begitu. Itu contoh-contoh distorsi kognitif yang bekerja di area subconscious. Kita perlu mengeksplorasinya agar dibawa ke tingkat kesadaran.”

Dia juga menyebut teknik lain untuk membantu kita agar tidak dihantui pikiran-pikiran negatif. “Sebutkan secara berulang-ulang kalimat-kalimat positif yang membantu kita bertumbuh. Itulah proses pemrograman diri kita,” jelasnya.

Dia percaya, sebagaimana ditegaskan Dr. Joseph Murphy dalam bukunya The Power of Subconscious Mind, “As you sow in your subconscious mind, so you reap in your body and environment – sebagaimana engkau taburkan di daerah subconscious mind, itulah yang engkau panen dalam tubuh dan lingkungan sekitarmu”.

Murphy dengan meyakinkan mengatakan, kalau kita sudah tanamkan pikiran-pikiran negatif dalam subconscious mind kita, maka cara untuk memperbaikinya adalah dengan mengulangi terus-menerus pikiran-pikiran yang konstruktif dan positif.  Subconscious mind kita akan menerimanya, dan membentuk pola-pola berpikir baru yang sehat bagi kehidupan. “Subconscious mind is the seat of habit – Subconscous mind itu dasarnya kebiasaan,” demikian Murphy.

Samy memberikan saya ungkapan-ungkapan positif untuk diulang-ulang terus menerus. Dia percaya, lama-lama ungkapan-ungkapan itu akan tersebut tersimpan di daerah tak sadar kita, dan membentuk diri kita.

“Setiap hari, dalam cara apa pun, saya sedang menjadi versi terbaik diriku”.

“Saya bahagia dan bersyukur atas hari baru”.

“Saya sedang merasakan damai di  tubuhku, hatiku, alam pikiranku, dan jiwaku”.

“Saya itu penting dan dicintai”.

Masih banyak lagi ungkapan-ungkapan positif yang dia daftar dan berikan kepada saya. Saya teringat Masaru Emoto, ahli fisika dari Jepang, yang membuat eksperimen mengenai kekuatan dahsyat kata-kata pada air, apalagi kalau kata-kata itu diulang terus menerus.

“Kalau ada waktu jangan lupa baca buku The Power of Subconcious Mind e. Juga buku The Mountain is You. Saya simpan buku-buku itu di depan ruang pertemuan kita.”

Saya gembira sekali, dan merasakan semua ini sebagai gift – benar-benar pemberian yang saya terima begitu saja.

“Nanti kalau ada waktu, maen ke kantor eee. Oh jangan lupa, praktikkan mindfulness ko. Paling bagus pakai pernapasan. Duduk dengan punggung tegak, tarik napas empat hitungan, tahan tujuh hitungan, hembuskan napas pakai hidung delapan hitungan,” pintanya sambil tersenyum.

Berjumpa dengan orang yang begitu tulus dan sepenuh hati melayani, rasanya seperti diselimuti vibrasi yang positif.

Orang-orang hebat ini terasa sekali jiwa kemanusiaannya. Sangat melayani dengan rendah hati.

Terima kasih Samy.

  • Related Posts

    VULTURE

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (40) Seorang gadis kecil dari Sudan yang kelaparan tertelungkup jatuh tanpa tenaga lagi. Dia sudah berhari-hari tidak makan dan sedang berusaha ke pos makanan terdekat. Apa…

    MEMPERTANYAKAN MODEL FORMASI KITA

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (39) “Seorang imam muda dikirim keluar negeri untuk menjadi misionaris. Namun, hanya dalam 10 bulan dia sudah minta pulang. Dia mengeluh tentang bahasa. Dia mengeluh tentang…