Testing Siswa Baru: “Minat Besar Masuk Seminari”

Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko melangsungkan testing siswa baru untuk tahun pelajaran 2025/2026, Sabtu, 8 Maret 2025.

Testing ini merupakan testing tahap kedua yang bertempat di Seminari Todabelu Mataloko dan diperuntukkan bagi calon seminaris asal Kevikepan Bajawa, Kevikepan Mbay, dan dari luar Keuskupan Agung Ende.

Sebelumnya, testing tahap pertama yang diperuntukkan bagi calon seminaris asal Kevikepan Ende dan dari luar Keuskupan Agung Ende, telah dilaksanakan di Rumah Bina Olangari, Jalan Melati Ende, Senin, 3 Maret 2025.

Ada dua jenis tes dalam testing ini, yakni tes wawancara dan tes tertulis. Untuk tes tertulis, para calon seminaris mesti melewati tiga jenis tes, yakni tes barisan bilangan untuk calon siswa SMP dan SMA, tes analogi verbal untuk calon siswa SMP dan tes bahasa Indonesia untuk calon siswa SMA, serta tes kecakapan menggunakan bilangan untuk calon siswa SMP dan tes bahasa Inggris untuk calon siswa SMA.

Sekretaris Panitia Testing, Pak Kris Bata dan Ibu Ovi Anu menyampaikan bahwa calon seminaris yang mengikuti tes berjumlah 179 orang.

“Jumlahnya sebanyak 179 orang. Untuk testing tahap pertama yang dilaksanakan di Ende, calon siswa SMP sebanyak 31 orang dan 19 orang untuk siswa SMA. Untuk testing tahap kedua di Mataloko hari ini, calon siswa SMP sebanyak 120 orang dan 9 orang untuk calon SMA,” ungkap Kris dan Ovi.

Menurut Kris, jumlah ini akan bertambah seiring bertambahnya jumlah calon seminaris dari luar Pulau Flores yang diberi kekhususan untuk tidak mengikuti tes wawancara dan tes tertulis, karena mempertimbangkan jarak tempuh ke dua tempat tes tersebut.

Minat yang Besar

Dalam perjumpaannya dengan para calon seminaris dan orang tua/wali calon seminaris di awal testing, Ketua Panitia Testing, RD. Beni Lalo menyampaikan bahwa jumlah siswa yang mengikuti testing tahun ini sangatlah banyak dan tentu akan menciptakan kompetisi yang makin besar.

“Sembilan puluh persen berasal dari NTT, sisanya berasal dari beberapa wilayah di luar NTT,” ungkap Beni.

Menurut Beni, kuantitas siswa tersebut sebetulnya mau memperlihatkan minat yang besar dari para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di Seminari.

Hal ini, bagi Beni, karena para orang tua berminat dengan model pendidikan Seminari yang selaras dengan tradisi pendidikan dalam Gereja, yakni “membentuk manusia”.

Beni juga menginformasikan bahwa dalam testing tersebut, calon-calon seminaris yang berasal dari luar Pulau Flores diberi kekhususan.

“Mereka tidak mengikuti tes wawancara dan tes tertulis. Mereka diseleksi dengan melihat nilai rapor serta mengirimkan biaya kontribusi untuk panitia testing. Kita pahami mereka, karena jarak dan biaya yang tidak mudah untuk sampai ke dua tempat tes ini”, terang Beni.

Selain itu, Beni menyampaikan bahwa jika seandainya dari hasil tes, para siswa tidak lulus, maka para siswa tersebut bisa langsung masuk dan diterima di Seminari St. Fransiskus Asisi Sinar Buana Weetebula.

“Sudah terjadi komunikasi antara praeses Seminari Weetebula dan praeses Seminari Mataloko. Tentu ini bersifat opsional dan kami akan mencatat nomor telepon atau WhatsApp orang tua sekalian, jikalau berkeinginan demikian,” ungkap Beni.

Terkait pengumuman hasil testing, Beni menyampaikan bahwa akan diinformasikan kepada para pastor paroki dalam Perayaan Ekaristi pembaruan janji Imamat dan pemberkatan minyak suci, yang tahun ini akan terjadi di Paroki Hati Yesus dan Hati Maria Boanio.

Senang Ikut Tes

Salah satu calon seminaris asal Paroki St. Gabriel Waioti Maumere, Baldo Balik merasa gembira karena boleh mengikuti testing di Seminari Mataloko.  “Saya senang hari ini bisa lihat langsung dan ikut tes di Seminari ini. Selama ini saya hanya dengar cerita dari bapak, mama dan nonton di TikTok tentang Seminari Mataloko,” ungkap Baldo.

Walau soal-soal dalam tes terasa sulit, dirinya optimis ia bisa lulus dan bersekolah di Seminari.

Harapan yang sama juga diutarakan oleh Jano Bao. “Soal-soal dalam tes ini sulit sekali. Syukur, hampir sebagian besar saya bisa kerjakan. Semoga saya bisa lulus dan bersekolah di sekolah idaman saya ini,” ungkap calon seminaris asal Paroki Stella Maris Danga ini. (Gian Derosari dan Roland Li).

  • Related Posts

    SILENTIUM EST AUREUM (3)

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (49) Pada era 1950-an sekelompok pertapa Buddha di Thailand ditugasi untuk memindahkan patung Buddha dari tanah liat. Patung itu dibiarkan begitu saja di tempat terbuka dan…

    SILENTIUM EST AUREUM (2)

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (48) Kapela yang biasa kami pakai untuk merayakan Ekaristi harian bernama Kapela Roh Kudus. Ukurannya kecil. Hanya bisa menampung kira-kira 25 orang. Namun hari itu, Selasa…