BATU DAN HATI MANUSIA

Laporan Perjalanan Rm. Nani (20)

Kami berdoa pagi bersama mengililingi Sacrophagus Santo Arnoldus Janssen, SVD, dipimpin Sr. Maria Cristina Avalos, SSpS dari Argentina pada Jumat (7/3/2025).

Bacaan diambil dari Yeheskiel (36:25-27). “I will take out  the heart of stone from your body and give you a tender, human heart”. Tuhan mengambil hati yang membatu dan mengubahnya menjadi hati yang lembut, hati seorang manusia.

Maria Cristina secara sepintas melukiskan bagaimana Arnoldus merasakan batu-batu dalam hatinya, dan bagaimana melalui penyerahan dirinya kepada Hati Terkudus Yesus, dia mengalami transformasi.

Maria Cristina sudah menyiapkan batu-batu kecil yang dia letakkan di atas kertas merah berbentuk hati. Batu dan kertas merah itu dijejerkan di atas sacrophagus. “Silahkan masing-masing mengambilnya. Peganglah batu itu, dan rasakanlah. Mungkin ada batu-batu di hati kita yang ingin kita hilangkan. Mari kita serahkan diri kepada Hati Terkudus Tuhan Yesus melalui bantuan doa pendiri kita, Santo Arnoldus.”

Masing-masing menggenggam batu dalam tangannya. Hening. Lalu pada kertas merah berbentuk hati, peserta menuliskan moto Arnoldus Janssen, SVD, dalam bahasa masing-masing, “Vivat Cor Jesus in cordibus hominum” – Hiduplah hati Yesus dalam hari semua orang.

Saya sendiri menuliskan moto itu dalam bahasa Indonesia. Saya sandingkan dengan moto tahbisan imamatku, “Semoga hidup Yesus menjadi nyata” (2 kor.4:11) di kertas yang sama. Kami lalu membacanya satu per satu dalam bahasa yang berbeda-beda. Indah sekali.

Dalam pemaparan mengenai transformasi hidup yang dilakukan oleh Arnoldus Janssen, terasa sekali bagaimana dia berubah. Saat masih di Seminari dia dinilai kaku, tidak tahu bergaul, tidak punya kemampuan berorganisasi. Bahkan setelah dia mendirikan Serikat Sabda Allah, penilaian para pengikut pertama yang mengenalnya negatif. Ada yang tidak ingin menuliskan sesuatu pun tentang Arnoldus.

Namun, pada suatu masa tertentu, pengikutnya memberi kesaksian, Arnoldus yang sekarang berubah sama sekali. Dia menjadi model transformasi yang luar biasa. Orang yang dulu tidak ingin menuliskan sesuatu tentang Arnoldus balik mengatakan, Arnoldus sudah tidak bisa dikenali lagi. Maksudnya, dia sudah mengalami perubahan yang luar biasa. Dia mempunyai kelembutan hati seorang ibu.

Dia manusia pendoa. Dalam gereja di Seminari di Gaesdonk, tempat dulu dia belajar, ada relief yang menggambarkan Arnoldus berlutut dengan tangan terentang, berdoa untuk lima benua, untuk semua manusia. Doa mentransformasi dirinya.

Sejak imam muda, dia terlibat dalam Kerasulan Doa di parokinya. Dia mendirikan majalah misi berjudul Little Messenger of the Sacred Heart. Dia mencintai Bunda Maria. Dia mempromosikan Kerasulan Doa sambil berjalan ke hampir semua paroki di keuskupannya di Jerman.

Bersama beberapa teman imam, dia mempersembahkan diri kepada Hati Terkudus Yesus. Dalam perjalanan waktu kemudian, dia mempersembahkan dirinya kepada Allah Roh Kudus. Dia tak henti-hentinya meminta kepada Allah Roh Kudus mengajarinya mengenai Kehendak Allah.

Saat dia mendirikan Serikat Sabda Allah, 8 September 1875, orang mengejeknya. Uskupnya sendiri memintanya berkonsultasi pada banyak orang sehingga dia tidak sembarang mengambil tindakan. Umat menertawainya sebagai orang bodoh. “Hanya ada dua kemungkinan, atau orang ini bodoh sekali, atau dia memang seorang kudus,” kata mereka.

Dia mulai mendirikan Serikat Sabda Allah dengan sebuah rumah yang sangat sederhana. Sembilan tahun kemudian sebuah bangunan besar Rumah Induk Steyl dia dirikan. Setelah 15 tahun, Rumah Induk Steyl sudah berdiri seperti yang sekarang ini terlihat. Bagaimana mungkin seorang yang nyaris tidak mempunyai sesuatu untuk dibanggakan bisa mendirikan bangunan yang sekian besar dalam waktu singkat?

Ketika SVD merayakan 50 tahun berdirinya, seorang bapa membawa serta keluarganya dan berdoa di depan kuburan Santo Arnoldus Janssen. Dia menyesal bahwa dia dulu termasuk yang mengejeknya sebagai orang bodoh. Dia berlutut, mencium kubur Santo Arnoldus lama sekali sambil menangis.

Saya bersyukur sekali bisa sejenak berada di Rumah Induk Steyl bersama teman-teman dari berbagai negara. Mendengar perjalanan panggilan teman-teman itu, dan kesaksian misioner mereka, saya hanya tertegun.

Tiga orang misionaris yang sudah tua memberi kesaksian iman yang indah sekali. Yang satu bruder yang lama bekerja di Papua New Guinea. Yang lain bertahun-tahun ada di Filipina. Yang satu lagi misionaris di beberapa tempat – di Amerika Latin, di Roma, dan di Austria. Ketiganya mengakhiri kesaksian dengan rasa syukur yang luar biasa karena merasakan tangan Tuhan yang menyertai mereka. Mereka bahagia.

Salah seorang misionaris tua itu mengatakan, Eropa sekarang sudah berubah sekali. “Kekatolikan akan hilang, kalau Gereja tidak berubah menjadi mistik,” katanya. Menjadi mistik artinya benar-benar murid Kristus, hidup dari kedalaman hati yang tersentuh secara intim dengan Hati Yesus sumber kasih.

Saya bersyukur sekali bisa sejenak tinggal di rumah orang kudus ini. Dia benar-benar kudus. Para imam dan bruder yang ikut serta dalam program ini membawa serta dari seluruh dunia ribuan bahkan jutaan umat yang terhubung dengan satu dan lain cara dengan Arnoldus Janssen ini. Dia bukan orang bodoh. Dia orang kudus.

Dia imam diosesan yang kemudian mendirikan Serikat Sabda Allah. Dia sendiri tidak pernah keluar dari Rumah Induk Steyl untuk menjadi misionaris. Namun, dia mempersiapkan sekian banyak orang untuk menjadi misionaris yang hidup dengan hati yang dipenuhi cinta.

Orang tidak perlu diutus ke ujung dunia untuk menjadi misionaris. “Bukan soal tempat, tapi hidup dari kedalaman yang meradiasikan Hati Terkudus Yesus, itu yang membuat kita misioner,” kata Maria Cristina meniru ucapan pendiri SSpS, Mother Josepha (Hendrina Stenmans).

Pada jam kosong saya mengitari sisi belakang Rumah Induk Steyl. Betapa besarnya. Betapa agungnya. Pusatnya adalah gereja bawah dimana ada Sakramen Mahakudus di depan, dan di belakangnya Sacrophagus Santo Arnoldus Janssen, SVD.

Setiap 15 menit, Santo Arnoldus melantunkan doa yang disebut Doa Suku Jam.

Ya Allah, Engkaulah kebenaran abadi.

Aku Percaya kepada-Mu.

Engkaulah yang mahakuasa, mahamurah, dan mahasetia pada janji-Mu.

Aku berharap pada-Mu.

Engkaulah mahabaik dan patut dikasihi.

Aku mengasihi Dikau dengan segenap hati dan menyesal karena berdosa terhadap-Mu.

Dalam Sakramen Mahakudus kasih-Mu bernyala-nyala kepadaku.

Sebab itu aku rindu akan Dikau, ya Yesus.

Mintalah dari Bapa bagiku Roh Kudus dengan ketujuh karunia-Nya.

Agar dalam segala sesuatu aku memuliakan Allah. Amin.

  • Related Posts

    TANGGA-TANGGA COLOGNE

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (22) “Yes, akhirnya melewati perbatasan Jerman!” teriak saya penuh gembira disambut pekikan tawa Surya, Johan, dan Vinsen, mantan siswa Seminari Mataloko yang sekarang melanjutkan studinya di…

    ISSUM, KEVELAER, GOCH

    Laporan Perjalanan Rm. Nani (21) Kami berkumpul di depan rumah induk Steyl setelah makan pagi, Sabtu (8/3/2025). Udara dingin tapi bersih dan segar, seperti biasa. Belum jelas peralihan dari musim…