
Laporan Perjalanan Rm. Nani (9)
Misa pagi di Lembaga Pendidikan Mutiara Kasih pukul 10.00, Selasa (24/2/2025) berlangsung meriah. Misa dilaksanakan dengan ujud ucapan Syukur, karena lembaga pendidikan ini mendapat penghargaan dari LSK PAN (Pengasuhan anak) sebagai lembaga terbaik penyelenggara uji kompetensi 2024, dan penghargaan LSK PK (Pekarya Kesehatan) kategori Pelayanan Uji Kompetensi terbanyak 2024.
Dalam misa ini beberapa alumni yang telah berhasil ikut serta, di antaranya Eky dari Sumba, yang sekarang sedang mengerjakan tesis S2 di salah satu universitas di Jakarta. Juga usai misa ditayangkan salah seorang alumni lembaga ini yang mendapatkan pekerjaan yang baik di Jepang. Gadis ini berasal dari Solor. Lembaga Mutiara Kasih memfasilitiasi pembelajaran bahasa Jepang selama beberapa bulan untuk membantu alumninya bekerja di Jepang.
Usai misa, Mbak Nana mengajak saya menemui dua sahabat PRH di foodcourt RS Carolus, Rm. Remi Liando, SSCC dan Mbak Wiwiek Widarti. Pertemuan yang amat menggembirakan. Tidak pernah direncanakan, mengalir begitu saja. Sebuah kebetulan yang istimewa dalam mata manusia tapi pasti bagian dari rencana-Nya.
Foodcourt itu sendiri restoran yang diperuntukkan bagi karyawan/ti RS Carolus, tapi terbuka untuk umum. Luas dan ramai sekali. Kami menikmati makan siang dengan penuh kegembiraan. Selain karena soup ayam yang sangat istimewa (tergurih yang pernah saya nikmati), juga karena perjumpaan yang tak terduga ini.
Selama ini sahabat-sahabat ini bertemu secara teratur melalui zoom, kali ini pertemuannya onsite. Sikap mereka yang sangat bersahabat dan tulus menghilangkan rasa canggung saya. PRH mempersatukan kami sebagai keluarga.
Setelah makan, kami berkeliling RS Carolus. Suaminya Mbak Wiwiek dipercayakan menjadi penanggungjawab seluruh bangunan terbaru RS Carolus. Ada berbagai macam klinik yang menjadi bagian pelayanan RS. Carolus.
Kami mulai dari sport centre dengan perlengkapan olahraga yang amat modern, lalu masuk ke taman-taman dengan rerumputan hijau dan pepohonan yang segar, dan selalu ada pojok doa dengan patung Tuhan Yesus atau Bunda Maria.
Lalu Romo Remi mengajukan usul mengunjungi Columbarium RS. Carolus. Columbarium diindonesiakan sebagai Rumah Abu, tempat abu jenasah yang sudah dikremasi disemayamkan, semacam pekuburan modern. Letaknya di lantai 6. Ditata dengan rapi sekali, dengan alunan musik yang mengundang pengunjung mengenang orang-orang terkasih yang sudah meninggal, Columbarium RS. Carolus adalah salah satu pelayanan terbaik pilihan orang-orang kota.
Ada 2000 kotak disiapkan dan sebagian besar terisi. Saya merasakan itu sebagai pekuburan modern yang luar biasa. Bisnis? Mungkin juga. Namun, orang-orang di kota sangat membutuhkan jasa seperti itu.
Di sebuah sudut di Columbarium itu ada taman dengan patung Pieta – Bunda Maria menggendong Tuhan Yesus. Taman itu sahdu sekali. Di depan taman disediakan sejumlah kursi untuk para pengunjung. Dari taman itu, kita melihat panorama keindahan kota Jakarta yang luar biasa.
Selain Columbarium, kami mengunjungi juga auditorium Stella Maris. Yang menarik adalah pajangan lukisan yang ditempatkan pada dinding. Bermacam-macam lukisan dengan kreativitas dan permainan warna yang halus sekali dipajangkan di sana. Rumah Sakit serta merta berubah menjadi galeri yang memuaskan kerinduan batin akan keindahan.
Di luar gedung tersebut, di sisi sebelah kiri, ada taman Bunda Maria Stella Maris. Rasanya ingin sekali berlama-lama di sana. Ditata memanjang dengan ujungnya Gua Maria Stella Maris, taman itu dipenuhi jejeran pohon dan bunga yang menyejukkan di tengah kota Jakarta yang gerah.
Sebelum meninggalkan RS. Carolus ini, kami melihat-lihat dua patung karya anak bangsa. Pertama, Patung Maria Bunda Segala Suku dari Indonesia. Patung kedua adalah patung Tuhan Yesus sebagai tunawisma. Kedua patung ini menarik dan penuh ilham. Semoga ada pembahasan lanjut mengenai keduanya.
Ah, penyegaran sebelum meninggalkan Indonesia.