Opini Bertrand Busa
Keberhasilan ataupun kegagalan suatu bangsa berada di tangan generasi muda. Generasi muda adalah sekelompok orang yang memegang tongkat estafet kepemimpinan dan yang akan mengurus negara di masa yang akan datang. Negara yang kuat ditandai dengan adanya generasi muda yang peduli akan keberlangsungan negaranya. Negara Indonesia memiliki banyak orang muda. Hal ini diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan dan dapat membawa negara ini ke taraf hidup yang lebih berkualitas.
Meskipun sudah menginjak ke-78 tahun, Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang. Negara ini masih “tertatih-tatih” dalam proses menuju negara maju. Konsep tentang negara Indonesia maju telah dicanangkan sejak bertahun-tahun yang lalu, tetapi hasilnya tetap belum memuaskan. Dalam tulisan ini, penulis hendak menyajikan peran pemuda dalam mewujudkan konsep Indonesia maju.
Generasi Z dalam Modernisasi
Perkembangan teknologi di dunia berjalan begitu pesat. Ini menyebabkan perubahan signifikan dalam berbagai bidang, terlebih khusus dua dekade terakhir. Inilah gambaran modernisasi. Modernisasi kuat kaitannya dengan teknologi. Karena adanya arus modernisasi, teknologi berkembang dengan begitu pesat. Adanya teknologi memudahkan segala pekerjaan manusia sekaligus dapat meminimalisir penggunaan uang, waktu, dan tenaga.
Sebagai contoh, dulu ketika membutuhkan suatu barang, orang harus pergi dahulu ke toko atau tempat penjualan lain untuk membelinya. Orang mengeluarkan lebih banyak uang (untuk transportasi), tenaga, dan juga waktu.
Namun, saat ini, hanya dengan sekali klik barang yang diinginkan segera datang, sehingga penggunaan uang, waktu, dan tenaganya dapat diminimalisir. Itulah kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Tidak heran, dalam bukunya Zero to One, Piter Thiel menyebutkan teknologi sebagai mukjizat. “Teknologi adalah mukjizat, karena memungkinkan kita berbuat lebih banyak dengan upaya yang lebih sedikit, menghantar kemampuan-kemampuan dasar kita ke tatanan yang lebih tinggi” (Thiel, 2015: 2).
Generasi Z adalah orang-orang yang paling dekat dengan teknologi. Teknologi adalah dunia mereka. Akan tetapi, cara yang tepat bagi orang muda untuk memaksimalkan penggunaan teknologi masih menimbulkan polemik dalam masyarakat.
Sebagai contoh, pemanfaatan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi seperti media sosial. Berdasarkan survei yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 10 Maret 2023, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 78,19 persen dari jumlah penduduk. Survei oleh lembaga yang sama pada tahun 2021 mengidentifikasi pengguna internet didominasi oleh generasi Z. Pada tahun yang sama, media Kompas mengungkapkan bahwa aktivitas berinternet yang paling banyak digemari oleh pengguna internet Indonesia ialah bermedia sosial. Saat itu, ada 170 juta jiwa orang Indonesia yang merupakan pengguna aktif media sosial. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas pengguna media sosial adalah orang muda.
Media sosial ini bersifat ambivalen. Di satu sisi ia dapat sangat bermanfaat, tetapi di sisi lain dapat merugikan. Media sosial itu pedang bermata dua. Ketika menggunakan media sosial, orang muda dapat membuka peluang untuk meraup keuntungan seperti bersosialisasi dan membangun jejaring dengan orang lain ataupun mengembangkan usaha atau bisnis melalui media ini.
Pada saat bersamaan, bila tidak bijak, media sosial akan membawa mereka pada jurang kerugian. Misalnya, kecanduan bermedia sosial berdampak pada pola hidup yang tidak teratur dan terganggunya kesehatan. Walaupun demikian, dunia akan selalu tetap membutuhkan teknologi. “Di sebuah dunia dengan sumber daya yang sudah langka, globalisasi tanpa teknologi tidak akan berkelanjutan” (Thiel, 2015:10). Artinya, globalisasi akan sia-sia apabila tidak didukung dengan perkembangan teknologi.
Itulah kira-kira peran teknologi bagi pemuda. Pada intinya, teknologi yang bersifat ambivalen ini pasti bersinggungan dengan generasi Z. Mau tidak mau, mereka dituntut untuk memanfaatkannya dalam kehidupan setiap hari. “Human tidak perlu ragu dalam menggunakan machine, tapi jangan sampai kehilangan human-nya. Meskipun dibantu teknologi mesin, bukan berarti manusia menjadi semakin kaku seperti robot atau mesin. Seharusnya, manusia menjadi semakin humanis” (Kartajaya, 2017). Di sinilah kesadaran orang muda mesti ditumbuhkan. Generasi Z harus menjadi orang bijak yang mampu meraup keuntungan dari modernisasi tanpa harus terjerumus dalam kerugian.
Generasi Z untuk Indonesia Maju
Konsep Indonesia maju sudah dibuat sejak beberapa dasawarsa lalu. Para pemerhati kesejahteraan bangsa Indonesia dari berbagai kalangan seperti akademisi, politikus, bahkan masyarakat biasa telah memikirkannya dan membuat banyak asumsi dan prediksi akan terwujudnya hal ini. Namun, usaha mewujudkan Indonesia maju tidak terprogram dengan jelas. Tidak heran bila konsep ini belum terwujud hingga kini. Berdasarkan pada keprihatinan ini, Presiden Jokowi dan Ma’ruf Amin memberi nama ‘Indonesia Maju’ untuk kabinet kerja mereka (Kompas.com, 23/10/2019).
Indonesia maju sebetulnya bukanlah opini atau konsep belaka. Sebab, ada beberapa faktor yang dapat membuka peluang besar bagi keterwujudannya. Ada modal dasar yang yang dimiliki oleh Indonesia sejak kemerdekaannya yakni Pancasila, UUD 1945, dan Bhineka Tunggal Ika. Ketiga komponen ini menjadi dasar utama yang sangat kuat bagi Indonesia.
Selain itu, ada modal lain yakni sumber daya alam yang melimpah; sumber daya manusia dengan jumlah penduduk terbanyak kelima di dunia dan komposisi usia produktif yang terus mengalami peningkatan; serta kondisi geografis yang sangat strategis karena berada di jalur maritim internasional dan penghubung antara benua Asia dan benua Australia. Hal-hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa Indonesia dapat diprediksi menjadi negara maju.
Oleh sebab itu, pemerintah negeri ini telah membuat banyak terobosan baru agar pada 2045 Indonesia sudah menjadi negara maju dapat terwujud. Kita melihat gencarnya usaha pemerintah melakukan pemerataan di segala bidang mulai dari infrastruktur, pendidikan, transportasi, dan juga ekonomi. Pembangunan tidak hanya tersentralisasi pada wilayah yang mudah dijangkau, tetapi bahkan lebih menitikberatkan wilayah-wilayah terpencil. Hal inilah yang dapat membuat konsep Indonesia maju terasa semakin dekat ketercapaiannya.
Peran pemerintah ini membuka peluang besar untuk mencapai konsep Indonesia maju. Namun demikian, hemat penulis, hal ini tentu belum mencukupi. Masih dibutuhkan lagi peran aktif dari masyarakat, khususnya generasi Z. Selain karena kaum ini adalah orang- orang yang paling dekat dengan teknologi modern, generasi Z juga dapat diklaim sebagai pewaris utama tanggung jawab terhadap penyelenggaraan negara di masa medatang.
Bagaimana peran generasi Z sebagai promotor Indonesia maju?
Pertama, pemuda bertalian erat dengan teknologi modern. Generasi Z tumbuh bersama dengan teknologi dan digitalisasi. Mereka memanfaatkannya untuk membangun komunitas, menyuarakan pendapat, dan mempromosikan isu-isu yang mereka pedulikan secara lebih efektif dan efisien.
Kedua, generasi Z dikenal sebagai generasi kreatif dan inovatif. Generasi Z telah tumbuh dalam lingkungan yang mendorong pemikiran “out of the box” dan penggunaan teknologi untuk menciptakan solusi baru. Kita dapat melirik beberapa profil generasi Z yang bahkan sudah sukses sejak usia muda. Sebut saja Ammar Mandili yang berhasil membangun Usaha Mandili Santosa pada usia 19 tahun. Luar biasanya, melalui Instagram, ia menghubungkan pelanggan dengan barbershop sehingga dapat berpenghasilan 35 juta per hari. Atau, siapakah yang tak kenal aplikasi Sosial Media Sestyc? Aplikasi sejenis Instagram tersebut diciptakan oleh bocah 17 tahun bernama Kevin Ciang dan keempat temannya. Aplikasi ini telah diunduh sekitar 1.100.000 kali bahkan sejak tahun 2020.
Ketiga, generasi Z dikenal sebagai pembelajar yang cepat. Mereka cepat menyerap informasi dari berbagai sumber, terutama dari internet. Hal ini memberikan kekuatan bagi mereka untuk cepat beradatasi, menghadapi dan menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
Keempat, generasi Z memiliki jiwa kewirausahaan yang kuat. Mereka tidak sekadar mencari pekerjaan yang sifatnya konvensional, tetapi juga menciptakan pekerjaan sendiri. Semangat kewirausahaan mereka dapat menghasilkan lapangan pekerjaan, merangsang inovasi, dan menggerakkan ekonomi.
Generasi Z memiliki potensi yang besar menjadi promotor utama dalam mendorong kemajuan Indonesia dalam berbagai bidang. Kedekatan dengan teknologi, karakter kreatif dan inovatif, pembelajar yang cepat, dan jiwa kewirausahaan yang kuat menjadikan generasi Z aset berharga bagi Indonesia. Dengan pendidikan yang berkualitas dan peluang yang tepat, generasi Z dapat berperan aktif dalam memajukan Indonesia. Dengan semangat dan ketekunan, mereka pasti dapat menggapai visi Indonesia sebagai negara yang maju (Bertrand Busa, Siswa kelas XII MIA SMA Seminari Todabelu, Mataloko).