KAMPUS BAMBU TURETOGO SURVEI LAHAN SEMINARI MATALOKO

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

Kampus Bambu Turetogo, Desa Ratogesa menyurvei lahan kosong seluas 4 hektar di tanjung, Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko, Sabtu (23/9).

Lahan tersebut akan dijadikan tempat budi daya bambu.

Diketahui bahwa pelaksanaan budi daya bambu di Seminari ini merupakan kelanjutan dari kerja sama tim P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)  bidang Kewirausahaan bersama para siswa kelas XA SMA Seminari Todabelu, dengan Kampus Bambu Turetogo pada tahun pelajaran 2022/2023 lalu.

Koordinator tim P5 bidang Kewirausahaan, Ibu Merlin Uta Djadja menyampaikan bahwa survei lahan tersebut sebagai persiapan untuk penanaman bambu yang direncanakan akan berlangsung pada Sabtu (30/9) mendatang.

”Rencananya, penanaman bambu baru akan dilaksanakan Sabtu depan,” ungkap Ibu Merlin kepada tim Breaking News di sela-sela survei lahan.

Sementara itu, Praeses Seminari Mataloko, RD. Martinus Ua atau Romo Tinus sangat berantusias dengan pelaksanaan survei tersebut. Menurutnya survei tersebut sangat bermanfaat jika dilihat dari berbagai aspek.

“Apabila lahan kita layak untuk dijadikan tempat penanaman bambu, dan ketika lahan ini nantinya sudah ditanami, maka akan sangat bagus karena dapat mendukung perkembangan ekologis. Selain itu, dengan kegiatan ini, diharapkan ke depannya dapat menjadi sarana ekonomi bagi Seminari, dan sarana rekreasi bagi seminaris, serta masyarakat,” ungkap Romo Tinus saat diwawancarai tim breaking news usai survei lahan.

Romo Tinus juga menyampaikan bahwa dari lahan seluas 4 hektar tersebut, 3 hektarnya akan ditanami bambu. Sedangkan 1 hektarnya, akan ditanami berbagai tanaman sela agroforestri untuk dapat memperindah suasana.

Selain itu, Paskal Lalu selaku koordinator tim survei, saat diwawancarai tim breaking news usai survei, bertutur tentang budi daya bambu yang tidak semudah dibayangkan.

Menurutnya, yang paling pertama diperhatikan dan wajib ada dalam proses budi daya bambu adalah air. Hal ini karena ketika bambu masih kecil, bambu belum bisa menyimpan air sendiri. Oleh karena itu, bambu harus terus dialiri air; sekurang-kurangnya disiram setiap pagi dan sore.

Ia juga menjelaskan bahwa yang paling sulit dalam membudidayakan bambu ialah menjaga bambu agar tidak tercabut dari tanah.

“Ketika disiram terus tanah akan menjadi lembek, dan bambu akan menjadi goyah dan kemungkinan akan tercabut. Selain itu, bambu juga sangat sensitif. Jadi jika sekali tercabut, bambu yang ditanam akan langsung mati. Oleh karena itu, bambu harus benar-benar dijaga. Hal ini harus dilakukan paling tidak sampai bambu benar-benar bisa menyimpan air sendiri, paling kurang selama delapan bulan,” jelas Paskal.

Meski demikian, bagi Paskal, susah payah dalam membudidayakan bambu pasti akan dibayar dengan hasil yang memuaskan.

“Bambu yang kalian tanam ini memang akan sangat menguras tenaga dan waktu. Namun, proses tidak akan mengkhianati hasil, karena bambu sangat berguna dalam kehidupan,” tegas Paskal (Ferdi Ola dan Satria Dato).

Editor: Bayu Tonggo.