Feature
Sabtu pagi yang dingin. Para seminaris sedang bersiap untuk mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Udara yang dingin mengundang kantuk bagi para seminaris. Namun, tidak untuk anak-anak kelas Fisika, yaitu Preno Tae, Leo da Costa, Satria Wea, Andris Raja, dan Edgar Sebo.
Anak-anak Fisika yang dipimpin oleh Leo da Costa berarak ke Lab Fisika sambil menenteng alat dan bahan proyek yang lumayan merepotkan.
Mereka akan membuat mind mapping tentang gerak lurus.
Menurut jadwal pelajaran, mereka semestinya mengikuti pelajaran Geografi bersama Pak Enzo Feto. Namun, karena Pak Enzo sedang mengikuti kuliah Pendidikan Profesi guru (PPG), maka mereka berlima memutuskan untuk mengerjakan proyek.
Awalnya, mereka kekurangan kertas berwarna. Mereka pun memutar otak mereka.
Setelah lelah berpikir, tanpa disadari Preno Tae membuka tempat sampah dan ia menemukan kertas berwarna di dalamnya.
Proyek pun berlanjut. Mereka berlima menggunting kertas menjadi bentuk-bentuk yang bervariasi, kemudian menuliskan poin-poin penting materi, lalu menempelkannya pada tripleks.
Hasilnya pun bukan kepalang. Kini, mind mapping telah jadi dan siap dipresentasikan.
Tak lama kemudian, guru mata pelajaran Fisika, Ibu Temi Woghe tiba dan siap mendengar presentasi mereka.
Ibu Temi memberi kesempatan bagi mereka untuk mempersiapkan diri.
Usai mempersiapkan diri, kini waktunya bagi mereka untuk memberi nama bagi mind mapping mereka. Akhirnya, terlintas suatu nama di benak Satria Wea, yaitu “Mi RakUs” (Mind mapping geRak lurUs).
Tibalah saatnya bagi mereka untuk tampil. Dengan gagahnya, kelima pemuda pemberani itu mempresentasikan Mi RakUs dengan sangat baik.
Usai presentasi, Ibu Temi memberi respons positif dan acungan jempol. Beliau mengaku sangat puas dengan hasil kerja mereka. “Ketaatan, kedisiplinan, dan kerja sama yang sangat baik,” ujar Ibu Temi usai presentasi.
Demikianlah kisah kami berlima dari kelas Fisika, Sabtu, 2 September 2023. (Edgar Sebo dan Leo da Costa).
Editor: Bayu Tonggo.