ADU INTELEKTUAL LEWAT KUIS KITAB SUCI

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

Adu intelektual antarkelompok pesfam 2023 melalui kuis Kitab Suci berlangsung seru, di aula SMPS Seminari Mataloko, Minggu (3/9) malam. Udara dingin. Namun, riuh rendah alunan musik berbaur  sorakan fanatik di aula SMPS Seminari Mataloko memanaskan suasana. Empat kelompok menadu strategi untuk menang.

Persaingan intelektual terjadi di ranah yang lebih tinggi; antarkalangan pewarta semi-senior guna memperebutkan poin.

 Tiga pembina diutus untuk menjadi juri pemberi aneka pertanyaan seputar Kitab Suci, Gereja, liturgi, dan Seminari, sejalan dengan tema bulan kitab suci tahun ini: “Allah Sumber Kasih dan Keselamatan.” Ketiga pembina itu adalah Fr. Orsan Sudirman OFM, Fr. Igin Sando Kota, O. Carm, dan Fr. Bayu Tonggo.

Perlombaan dibagi ke dalam tiga babak, yakni babak pertanyaan wajib, pertanyaan lemparan, dan pertanyaan rebutan. Dalam ketiga babak, setiap kelompok terpacu dalam semangat juara. Kesungguhan pun ditunjukkan lewat poin yang saling mengungguli.

Kelompok tiga, Leutikon unggul di babak pertama dengan perolehan 500 poin meninggalkan pesaingnya Arithmoi dan Genesis yang hanya  bisa memperoleh 400 poin saja. Sedangkan, Exodus tertatih-tatih dengan 200 poin.

Beberapa tarikan napas kemudian, keempat tim dihadapkan kembali pada babak kedua, pertanyaan lemparan. Setiap tim memantapkan pendengarannya dengan harapan memanfaatkan kesempatan, jikalau lawannya berbuat kesalahan dalam menjawab pertanyaan. Semuanya berupaya sedapat-dapatnya menjawab, tak sudi berbagi.

Jikalau sebelumnya Leutikon memimpin, Genesis unjuk kebolehan merebut 400 poin bersama Exodus yang perlahan bangkit. Arithmoi mundur selangkah hanya 300 poin. Sedangkan di posisi terakhir Leutikon berpuas diri tanpa poin.

Pertanyaan rebutan menjadi saat penentuan. Setiap kelompok menaruh harapan pada bel mereka masing-masing. Semuanya terpacu dalam semangat untuk memperoleh poin, menjadi juara. Tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut turut membuat deg-degan. Sebab salah menjawab akan mengurangi 100 poin.

Adalah penonton, pendukung setiap tim menciptakan riuh-rendah tatkala pertanyaan dijawab benar maupun salah. Komentar-komentar memenuhi atmosfer ruangan itu. Tak sedikit yang mencoba menjawab pertanyaan yang ditujukan bagi peserta, sekadar mengukur pemahaman mereka. Semua tetap awas kalau-kalau ada yang berbuat curang, memberikan bantuan jawaban.

Deru bel saling mendahului, memecah kesunyian. Poin-poin terus bertambah mengubah kedudukan. Dua kelompok saling mengungguli, sedangkan yang lain tak mau kalah. Pertarungan yang menciptakan suasana panas-dingin bagi yang menontonnya.

Akhirnya pertandingan selesai, menyisakan juri yang mengalkulasi poin perolehan tiap kelompok. Penonton dengan napas tertahan mendengar putusan juri.

Arithmoi keluar sebagai juara dengan 1400 poin, diikuti Genesis di posisi kedua yang memperoleh 1200 poin. Leutikon dan Exodus secara berurutan menempati posisi ketiga dan keempat.

Demikianlah, ajang pertarungan itu bukanlah soal siapa yang menang, tetapi proses bersama yang dibalut dengan rasa persaudaraan, guna mengembangkan potensi diri masing-masing. (Marco Rera dan Egwar Raga).

Editor: Bayu Tong