JURNALISTIK: INVESTASI BAGI CALON PEWARTA

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

SMA Seminari St. Yoh. Berkhmans Todabelu, Mataloko menyelenggarakan kegiatan pelatihan jurnalistik kepada 193 siswa di ruangan musik SMA Seminari, Selasa-Jumat (14-17/2/2023). Kegiatan ini di­nilai sebagai sebuah modal untuk ma­sa de­pan dan relevan dengan tuntutan zaman.

Saat membuka kegiatan tersebut, Kepala SMA Semi­na­ri St. Yohanes Berkh­mans Todabelu, RD. Ma­rianus Agustinus Ga­re Sera, M.Pd menekankan be­ta­pa pentingnya kegi­at­an menulis di kalangan seminaris. “Kegiatan ini mesti menjadi suatu momen pengembangan keterampilan menulis sebagai inves­tasi untuk masa depan,” jelasnya.

Peran jurnalistik

Lebih jauh, RD. Tinyo menyatakan tiga maksud utama kegiatan ini. Per­ta­ma, meningkatkan kete­ram­pilan menulis. Meskipun teknologi semakin berkembang, ek­sistensi menulis tidak akan pernah pudar. Keterampilan menulis tetap dibutuhkan, meskipun zaman terus berubah. Ke­te­rampilan ini da­pat dijadikan sebagai modal bagi peserta didik dalam meng­hadapi kehidupan di masa depan. 

Kedua, meningkatkan minat baca. Pada zaman sekarang ini, minat membaca turun drastis. Tidak sedikit pu­la yang ber­ang­gapan bahwa mem­baca tidak menarik, apalagi membaca buku-buku tebal. Namun sebenarnya, ke­giatan ini amat dibu­tuh­kan dalam upaya pe­ning­katan kemampuan intelektual dan pola pikir yang sis­te­matis. Jadi, para rema­ja, khususnya seminaris sendiri tidak boleh menganggap remeh keku­atan membaca.

Tambah lagi, membaca dan menulis harus berjalan beriringan. Tanpa membaca, keterampilan menulis tidak terasah dengan baik. “Keasyikan menulis itu adalah karena membaca,” kata RD. Nani Songkares saat mendampingi proses pelatihan.

Ketiga, meningkatkan kemampuan mengamati. Seorang penulis yang baik harus memiliki kemampuan observasi yang kuat. Dia harus bisa menangkap dan mendeskripsikan banyak hal  secara teliti. “Peristiwa itu banyak, tapi tidak semua peristiwa menjadi berita karena tidak ada yang melaporkan. Butuh orang yang bisa menangkap dan mendeskripsikan peristiwa, sehingga dapat menjadi berita,” tambah Nani.

Dalam memburu in­for­masi, siswa dilatih un­tuk terampil menangkap informasi dari berbagai sumber, termasuk melalui wawancara. Untuk itu siswa perlu dilatih untuk menyusun pertanyaan, menyimak, dan merangkaikan semuanya dalam sebuah tulisan. Dengan demikian, kemampuan berpikir analitis dan sistematis dipertajam.

Pelatihan Menulis dan Calon imam

Kegiatan jurnalistik ini sangat relevan untuk para calon imam. Calon imam adalah pewarta kebenaran di masa depan. Ketika se­dang mewarta, dibu­tuh­kan kemampuan berba­ha­sa yang baik sehingga dapat mengungkapkan kebenaran secara jelas dan menarik.

Karena itu kegiatan jurnalistik ini adalah investasi jangka panjang, karena sangat berguna untuk masa depan. “Siapa tahu, akan lahir penulis-penulis handal di masa depan yang mewartakan kebenaran melalui tulisan,” kata Nani di sela-sela pelatihan. Dengan terus berlatih menulis, para seminaris akan di­per­mudah dalam menja­lankan tugasnya di masa depan.

Mengingat pentingnya menulis bagi pewartaan di masa depan, Seminari telah lama memberikan perhatian pada pengembangan keterampilan menulis. 

Tahun 1960-an, ketika Pater Alex Beding, SVD menjadi salah seorang pembina Seminari lahir Florete, Majalah Seminari yang sangat terkenal. Belakangan Florete menjadi Seri Buku yang terbit setiap semester sekali. Seri Buku ini terbit bersamaan dengan Seri Buku Lastrawan (Ladang Sastra Berkhmawan) yang menampung tulisan-tulisan seminaris bernuansa sastra seperti puisi, cerpen, dan ulasan buku.

Pada tahun 1970-an SMP Seminari sudah memiliki majalah dinding yang bernama BIAS (Bimbingan Apresiasi Siswa). Mading ini dilanjutkan di SMA. 

Tahun 2011 beberapa wartawan senior dari Kompas antara lain, Tony A. Widiastono dan Peter Gero, mengadakan pelatihan jurnalistik yang menghasilkan mading bercorak ‘Kompas’ dengan berbagai rubrik. Sejak saat itu, pelatihan jurnalistik terus dilaksanakan, bahkan menjadi program unggulan Seminari.

Merdeka Belajar

Merdeka Belajar di­ciptakan sebagai res­pon terhadap perkembangan zaman. Mendik­budris­tek, Na­diem Ma­ka­rim me­ngungkapkan bah­wa kurikulum ini di­buat supaya siswa tidak lagi menjadi objek dalam ke­gi­atan pem­be­la­jaran.

Karena itu, yang menjadi titik fokus adalah peserta didik. Artinya siswa sendirilah yang belajar sesuai de­ngan minat dan keingin­annya, namun tetap di­fa­silitasi oleh para guru.

Keseimbangan pada kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler men­ja­di warna yang tampak amat jelas dalam kuri­ku­lum ini.

Pelatihan Jurnalistik menjadi salah satu kegi­atan ekstrakurikuler ber­gengsi di SMA Seminari St. Yoh. Berkh­mans To­da­belu. Kegiatan ini memberi warna tersen­diri bagi lembaga Semi­nari.

Sejalan dengan Kuri­ku­lum Merdeka Belajar, kegiatan jurnalistik ha­dir sebagai media bagi siswa untuk belajar dan mengaktualisasikan diri. Mereka sendiri adalah pelakunya.

Harapan besar

 “Harapan saya adalah para siswa dapat me­mak­nai kegiatan ini se­cara benar dan men­jadikan kegiatan ini se­bagai pemicu supaya mi­nat dan bakat siswa dapat tersalurkan. Ak­hir­nya semoga pelatihan yang diberikan dapat ber­guna bagi para siswa untuk masa depannya,” ungkap Rm. Tinyo.

Kegiatan Jurnalistik diharapkan dapat men­jadi wadah pengembangan minat dan bakat para seminaris. Wa­dah ini diharapkan dapat menstimulasi se­minaris untuk lebih produktif dengan menulis.

BERTRAN BUSA   

Siswa kelas XI SMA Seminari Todabelu, Mataloko