Ikuti Pendampingan Individu CGP, Merlin Djadja Tegaskan Hal Ini

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

Maria V. Uta Djadja, S. Pd mengikuti pendampingan individu II Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan IX, di Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko, Rabu (11/10).

Merlin Djadja didampingi oleh Pengajar Praktik CGP angkatan IX, Maria Kastisima Neto, S. Pd.

Adapun kegiatan ini bertajuk “Diskusi Penyelarasan Visi dan Prakarsa Perubahan Sekolah.”

Hadir dalam kegiatan ini RD. Marianus Agustinus Gare Sera, M. Pd (Kepala Sekolah SMA Seminari Todabelu), Maria Mertiana Bolo, S. Pd (Wakasek Kurikulum), dan para pendidik dan tenaga kependidikan SMA Seminari Todabelu: RD. Drs. Benediktus Lalo, S. Pd., RD. Drs. Silvinus Fe, S. Pd., Trinoni Selestina Rasni, S. IP., Yohanes Ndiwa Koandijalo, S. Pd., Dominikus Damu, S. Pd., Theresia Emilia Woghe, S. Pd., Adelbertus Pontius Dhae, S. Fil., Alberto Indrabayu Ta Tonggo, S. Fil., Yoseph K. Due, dan Robertus Ase.

Saat diwawancarai usai pendampingan, Merlin Djadja menegaskan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk menyelaraskan visi sekolah dengan dimensi, elemen, dan subelemen profil pelajar pancasila.

“Tujuannya melihat visi Sekolah ini apakah sudah sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Kita harapkan bahwa di dalam visi itu sudah termuat profil pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif – Juga selaras dengan elemen dan subelemennya. Diharapkan  para siswa yang adalah calon imam itu bisa membawa dimensi dan nilai baik itu,” tegas Merlin.

Merlin juga menyampaikan bahwa para peserta diskusi yang hadir dalam kegiatan tersebut merupakan prakarsa perubahan sekolah.

“Para Romo, Frater, Bapak-Ibu guru yang hadir, bukan hadir sebagai murid. Mereka adalah prakarsa perubahan sekolah.

Kegiatan tadi sudah membantu para Romo, Frater, Bapak-Ibu guru menggali impian mereka: apa dan bagaimana perubahan yang bisa dibuat bagi sekolah dan murid secara khusus. Misalnya saya ingin murid atau anak saya menjadi kreatif. Apa yang bisa saya lakukan untuk mencapai impian saya itu, agar anak menjadi kreatif?” ungkap Merlin.

Selain itu, Merlin menegaskan pendidikan mesti sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman murid.

“Kodrat alam dan kodrat zaman itu sebetulnya berasal dari filosofi pendidikan  Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan pendidikan. Bahwa tujuan pendidikan itu menuntun bukan menuntut atau membuat anak sesuai dengan keinginan kita: ‘saya mau seperti ini anak ikut saya.’ Tetapi kita menuntun, membawa anak sampai pada impiannya, sesuai potensi masing-masing. Bagaimana kita mengolah pelajaran sesuai dengan potensi kodrat mereka.

Juga sama halnya dengan kodrat zaman. Pendidikan itu harus seusai dengan konteks zaman anak,” tegas Merlin.

Sementara itu, Asty Neto dalam sambutannya di awal pendampingan, berujar bahwa kegiatan tersebut tidak bertujuan untuk mengubah visi sekolah.

“Kami datang bukan untuk mengubah visi sekolah. Ada hal-hal, nilai-nilai yang bisa kita gali bersama. Trik-trik yang digunakan Ibu Merlin saat di kelas bisa dibagikan untuk pendidikan di sekolah ini,” ujar Asty.

Selain itu, Kepala Sekolah SMA Seminari Todabelu, RD. Tinyo Sera dalam sambutannya di awal pendampingan mengapresiasi pelaksanaan pendampingan tersebut. Ia berharap melalui kegiatan tersebut, para guru SMA Seminari Todabelu termotivasi untuk mengikuti pendidikan CGP di angkatan-angkatan berikutnya (Bayu Tonggo).