Feature
Sore hari yang berkabut, Regina Wajo atau yang kerap disapa In dengan gigih menyelesaikan tugasnya. Ia membersihkan kacang untuk menu makan para seminaris keesokan harinya.
Walau cuaca menjanjikan tidur yang lelap, tak membuat In berhenti dari kerjanya. Malahan ia semakin gigih untuk bekerja.
In merupakan salah satu karyawati Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko yang mengabdi sejak Mei 2023.
Putri kelahiran Ngula, 19 Januari 2003 ini merupakan seorang karyawati yang memiliki kinerja yang tak kalah giatnya dengan karyawati lainnya.
Adapun seorang karyawati yang muncul di sore itu, yakni Mardiana Dhato atau yang akrab disapa Diana. Ia baru kembali dari pekerjaannya di Unit C dan siap beristirahat untuk melepas lelah.
Namun, wanita kelahiran Nila, 22 Februari 2003 ini lebih memilih meluangkan waktu untuk bercengkerama dengan kami sembari menampakkan tawa renyahnya.
Percaya Diri
“Kakak, bibi,” itulah sapaan para seminaris untuk para karyawati. Ada sebagian dari mereka yang merasa tidak pantas dipanggil bibi. Permasalahannya adalah soal umur.
Jika biasanya kinerja mereka berada pada lalu lintas dapur atau Unit C, tetapi uniknya kali ini mereka dilibatkan dalam pertandingan dan perlombaan Pesfam tahun 2023.
Dua mata lomba Pesfam yang turut melibatkan karyawati ialah lomba mazmur dan baca Kitab Suci yang berlangsung pada Senin Malam, 4 September 2023.
In dan Diana dipilih menjadi perwakilan kelompok Leutikon dalam dua mata lomba tersebut; In dalam lomba mazmur dan Diana dalam lomba baca Kitab Suci.
Keduanya berhasil meraih juara I dan memberikan tambahan 14 poin untuk kelompok Leutikon.
Bagi In dan Diana, ketika dipilih sebagai perwakilan kelompok Leutikon dalam perlombaan mazmur dan baca Kitab Suci, rasa gugup dan ragu-ragu mencuat kuat di dalam diri keduanya.
“Awalnya ketika ditunjuk, rasa gugup datang ke dalam diri saya. Namun, ketika saya ikut lomba dan berhasil juara, rasa gugup itu hilang. Saya rasa bangga sekali,” ucap In sembari tersenyum disambut anggukan Diana, menyetujui perkataan In.
In dan Diana juga mengungkapkan bahwa keduanya memiliki modal kepercayaan diri untuk tampil dalam perlombaan tersebut.
“Modal kami berdua hanya percaya diri saja. Kalau saya, percaya diri dengan bekal pengalaman saya yang pernah jadi pemazmur di Kapela Wolowea,” ungkap In.
“Kalau saya percaya diri, karena bagi saya membaca adalah hal yang biasa saja. Tetapi waktu jadi lektor dalam perlombaan, apalagi di hadapan para seminaris yang sudah biasa baca Kitab Suci adalah hal yang begitu berbeda,” ujar Diana menyambung perkataan In.
Karyawati Jadi Inspirasi
Bukan sekadar poin yang disumbangkan oleh keduanya. Teladan hidup mereka pun bisa jadi inspirasi.
“Bagaimanapun tidak mudah bagi waktu antara pekerjaan di dapur atau di Unit C dengan tanggung jawab kelompok. Ini menjadi suatu tantangan bagi kami,” ujar Diana.
Usaha keduanya untuk membagi waktu di tengah pekerjaan sebagai karyawati tersebut, memberi inspirasi tersendiri dalam kehidupan para seminaris.
“Melihat penampilan kakak-kakak kita yang luar biasa, sebenarnya mau mengajak saya dan teman-teman sekalian untuk semakin berani menghadapi tantangan dalam situasi apa pun,” kata Alfons Ratu (16), seminaris kelas XII MIA.
Sekalipun perlombaan ini penuh persaingan, In dan Diana mengungkapkan bahwa mereka tetap menjaga relasi yang baik dengan karyawati lainnya.
Di akhir perjumpaan kami, Jumat 8 September 2023, In dan Diana berharap para seminaris juga harus semakin bersemangat dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki.
Keduanya juga berpesan agar para seminaris selalu berdoa dan bersemangat tatkala menghadapi aneka tantangan dalam hidup.
“Pasti ada banyak tantangan yang muncul dalam hidup. Tetapi dengan semangat dan doa, percayalah segalanya akan mampu kita lewati”, ujar In ditimpal Diana. (Kotska Ebu & Egwar Raga).
Editor: Alldo Noka & Dirly Seda