Themy, Si Wiraswasta Digital MyZapa

St. Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko
Feature

Panas terik matahari membakar suasana Mataloko, Minggu siang (08/10/2023). Saya bersama teman Alfons Ratu dan dua orang frater yang sedang menjalankan praktik pastoral di SMA Seminari Todabelu (Fr. Bayu Tonggo dan Fr. Pance Dhae) melakukan perjalanan menuju Laja untuk bertemu dengan Themy, si wiraswasta digital.

Perjalanan kami dari Seminari Mataloko menuju Laja ditempuh kurang lebih 15 sampai 20 menit. Saat tiba di rumah Themy, kami disambut hangat oleh keluarga kecilnya.

“Pagi, mai masuk le,” sambut Themy sembari berupaya melepas kesibukan zoom meeting-nya di depan laptop.

Hari itu, di rumah Themy cukup ramai. Ada suaminya, adiknya, Ibunya, serta tantanya dan keponakannya yang kebetulan datang berlibur di rumahnya.

“Kami kalau hari Minggu itu ada kumpul-kumpul keluarga, makan-makan,” jelas Themy.

Themy merupakan seorang guru Fisika di SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan Calon Guru Penggerak (CGP) angkatan X.

Ia adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Ibu Theresia Daku dan almarhum Bapak Donus Due. Saat ini bersama suami dan keluarga kecilnya, ia tinggal di Laja (Sadha), RT 08, RW 04, Kecamatan Golewa Selatan, Kabupaten Ngada.

Ia lahir pada 5 Desember 1993. Pada Desember yang akan datang umurnya akan mencapai 30 tahun.

“Walaupun sedikit lagi saya mencapai umur 30 tahun, saya harus tetap mempunyai jiwa muda dalam usaha saya ini,” ungkapnya.

“Kalian sambil minum, saya cepat-cepat ikut zoom e, bisa to habis meeting kita wawancara. Kita santai-santai dulu e,” pinta Themy sambil menyuguhkan beberapa cangkir teh dan kue donat kepada kami.

“Huh, akhirnya selesai, tetapi jam 2 closing statement sih. Tidak apa-apa to? Sambil saya tunggu closing statement, kita bisa mulai wawancaranya,” ungkap Themy yang senang berwiraswasta sejak duduk di bangku kuliah.

 

Dari Nasi Goreng Hingga Gerai Myzapa

“Nama usaha saya secara umum adalah ‘MyZapa.’ Kalau dulu TOSERBA (Toko Serba Ada).  MyZapa, ‘My’ itu menunjukkan ‘kepunyaan, milik,’ dalam bahasa Inggris; serta ‘mai’ yang artinya ‘mengajak’ dalam bahasa daerah di sini. ‘Zapa’ itu artinya cobalah atau rasakan. Jadi MyZapa artinya adalah cobalah punya saya atau mai rasakan,” jelas Themy tentang nama usahanya.

 

 “Semua usaha saya ini berawal dari menjual nasi goreng dan modal awalnya hanya Rp 15.000,” ungkap Themy menjelaskan kisah awal usahanya.

“Pelanggan juga hanya itu-itu saja, paling para Romo dan para frater TOP di Seminari. Jangkauan penjualan mungkin hanya di Seminari, juga di Puskesmas Laja saja,” tambah Themy.

Saat melangsungkan usaha nasi gorengnya, ia termotivasi dengan produk makanan ringan yang tampil di reels IG. Ia kemudian mengganti usaha nasi gorengnya itu dengan usaha makanan ringan.

“Karena sering menonton di reels IG aneka produk makanan ringan, saya jadi terpacu untuk mengganti usaha nasi goreng saya dengan makanan ringan,” ungkap Themy.

“Oh ya, kalian tahu tidak, hasil penjualan nasi goreng saya waktu  itu, per bulannya mencapai Rp 7.000.000,” ungkap Themy yang membuat kami tercengang karena dari modal awal Rp 15.000 bisa mendapat omzet yang begitu besar per bulannya.

Themy menjelaskan bahwa gerai MyZapa-nya diisi dengan berbagai macam produk yang ditawarkannya, mulai dari makanan, minuman, fashion, dan make-up artist (MUA) paket lengkap. Namun, ia mengatakan bahwa MyZapa-nya lebih dominan diisi dengan fashion.

“Dalam usaha saya ada berbagai macam produk yang dijual; mulai dari minuman, makanan, fashion, sampai dengan jasa MUA paket lengkap. Jadi, bukan hanya makanan dan minuman saja. Tetapi yang paling banyak saya tampilkan adalah produk fashion,” ungkap Themy.

Meski sibuk dengan usahanya, Themy tidak mengesampingkan pekerjaan utamanya sebagai guru. Themy merasa bahwa yang paling penting ialah tugas utamanya itu.

Selama liburan semester musim panas baru-baru, ia melaksanakan kursus MUA (fashion) di Jakarta Selatan. Dari kursus ini, ia mendapatkan 3 sertifikat penghargaan, yaitu Make Up Artist Course, Eyelash Extention, dan NCY Nails.

Usai mengikuti kursus MUA itu, ia mulai mencoba membuka usaha fashion-nya. Adapun nama untuk usaha kecil, fashion-nya itu ialah MZ Glamour.

 Dalam mengelola usaha fashion-nya ia dibantu oleh temannya, adiknya, dan Ibunya.

“Saya tidak sendiri dalam mengelola usaha fashion. Saya dibantu oleh teman saya yang mempunyai potensi yang cukup dalam bidang ini. Selain itu, ibu dan adik saya juga bantu usaha saya ini dengan menjaga salon mini saat saya di sekolah,” jelas Themy.

 

Tiga Aplikasi yang Sangat Menguntungkan

            Untuk mempromosikan usaha MyZapa-nya kepada pelanggan, Themy sering memanfaatkan tiga aplikasi, yakni Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Ketiga aplikasi ini, khususnya Instagram dimanfaatkan Themy untuk menampilakan video transisi makeup.

            Adapun sejumlah produk dan harga dari MZ Glamour yang sering dipromosikan Themy di tiga aplikasi tersebut, yakni eyelash extention paket lengkap seharga Rp 1.080.000, nail art paket lengkap seharga Rp 290.000, dan make up paket lengkap (reguler) seharga Rp 50.000 sampai Rp 500.000 – sedangkan untuk premium seharga Rp. 550.000 hingga Rp 850.000.

            Bagi Themy, dengan memanfaatkan ketiga aplikasi tersebut, dirinya dimudahkan untuk mendapatkan pelanggan baik dari kelompok orang dewasa maupun dari anak-anak muda.

“Saya merasa sangat beruntung karena di era digital ini banyak aplikasi penjualan sehingga dapat mempertemukan saya dengan pelanggan, baik dari kelompok orang dewasa maupun  anak-anak muda,” kata Themy.

 “Sebelum saya menggunakan tiga aplikasi ini, pelanggan yang membutuhkan jasa saya hanya sebatas wilayah-wilayah terdekat saja; di radius Mataloko, Laja, dan Bajawa. Akan tetapi sejak saya mulai memanfaatkan tiga aplikasi ini, pelanggan usaha saya ini mulai meluas sampai Labuan Bajo, Ende, dan Nagekeo. Dan bukan saja orang dewasa melainkan anak-anak muda juga menjadi pelanggan saya,” tambah Themy dengan nada sedang.

Themy juga mengemukakan bahwa selain memanfaatkan ketiga aplikasi tersebut, dirinya turut menggunakan metode dari mulut ke mulut dalam usahanya.

“Tidak hanya menggunakan metode secara digital saja, saya juga menggunakan metode mulut ke mulut, secara langsung,” ungkap Themy.

Terkait motivasinya dalam berusaha, Themy mengungkapkan bahwa “setiap orang yang membangun usaha, pasti ada kurang lebihnya. Kalau kurang bisa ditanggulangi, dan jika ada lebihnya bisa dipertahankan.”

Selain itu, dalam menjalankan usahanya Themy sering mengalami hambatan.

“Terhenti total tidak pernah terjadi, hanya pernah stok barang habis terjual, kewalahan barang lewat jastip (jasa titip),” jelas Themy.

Themy juga menambahkan “biasanya hambatan yang sering saya rasakan sebagai penjual itu permintaannya banyak, bahan baku sedikit, tidak ada bahan baku, atau pun bahan baku yang tidak cepat masuk. Selan itu, jadwal kapal yang kadang-kadang tidak menentu, atau juga kadang bertabrakan dengan jam sekolah ketika ada permintaan, karena sebagai guru saya tidak boleh melupakan tugas utama saya.”

Themy mengungkapkan bahwa produk-produknya di gerai MyZapa secara khusus jamu dan makanan sudah terdaftar sebagai UMKM.

“Ini yang membuat saya semakin semangat berjualan,” ungkap Themy dengan wajah bersemangat.

Dalam membangun usahanya itu, Themy mengatakan bahwa dirinya merasa bangga karena sudah mampu memberi kontribusi bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat.

“Kalau untuk saya secara pribadi keuntungan dari usaha ini sudah sangat menunjang kehidupan keluarga dan saya secara pribadi. Dan untuk konteks masyarakat, saya sudah bisa membantu teman saya dalam bidang ekonomi, dan kebetulan juga teman saya mempunyai potensi yang cukup dalam dunia per-makeup-an,” jelas Themy.

 

Harapan dan Strategi Penting dalam Usaha MyZapa

 Melalui usaha yang tengah digelutinya, Themy berharap bahwa usahanya itu semakin terus berkembang. Semoga usaha saya bisa terus berkembang ke depannya, walaupun ada kendala, tetapi harus bisa diatasi,” ungkap Themy.

Ia juga mengungkapkan harapannya kepada pemerintah agar perlu mempertimbangkan kembali kebijakan penutupan TikTok Shop.

“Satu harapan lagi terkait kebijakan pemerintah yang menghapus TikTok Shop. Saya berharap pemerintah memikirkan kembali tentang hal ini. Karena bukan hanya aplikasi penjualan yang lain saja, TikTok Shop juga merupakan lapangan penjualan untuk kami dalam memasarkan produk kami, agar bisa mengglobal,” ungkap Themy.

Di akhir perjumpaan kami Minggu itu, Themy membeberkan strateginya dalam berwiraswasta.

“Yang penting jangan pernah berhenti untuk promosi dan selalu repost produk-produk baru ataupun produk lama dengan sesering mungkin. Selain itu, tetap jaga testimoni dari produk itu sendiri; dan yang terakhir adalah hal yang terpenting agar tidak kewalahan, yaitu barang yang harus selalu ready,” ungkap Themy dengan raut wajah serius, memungkasi perjumpaan kami hari itu (Erick Ngaku, Siswa kelas XII IIS 2)