
Catatan dari Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan
Pagi yang cerah menyelimuti aula SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu. Sinar matahari masuk lembut melalui jendela besar, menyinari kursi-kursi yang tersusun rapi. Di ruangan itu, 61 siswa kelas XII duduk dengan wajah penuh antusias. Mereka mengikuti sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar oleh Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Ngada bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Ngada (2/9/2025).
Acara yang berlangsung selama satu jam tiga puluh menit ini dibuka dengan sapaan akrab dari Frater Tevin Lory selaku pembawa acara. Ibu Resti, anggota Kesbangpol Ngada, mengajak seluruh hadirin meneriakkan salam khas, “Salam Pancasila, Salam Bela Negara, Salam Kasih Persaudaraan.” Acara dilanjutkan dengan doa pembuka yang dipimpin Gian de Rosary. Setelah itu Sandy Kako selaku dirigen mengajak semua berdiri menyanyikan lagu “Indonesia Raya”.
Di barisan depan, hadir empat pemateri, yakni Gabriel Lay dan Yopi Abor dari Forum Pembauran Kebangsaan, serta Resti dan Fery Mawo dari Kesbangpol Ngada. Mereka didampingi RD Tinyo Sera yang memberi sambutan awal. Mengutip pesan Mgr. Soegijapranata, ia mengingatkan, “100 persen Katolik, 100 persen Indonesia” , ia menyampaikan rasa syukurnya atas kegiatan yang menanamkan nilai kebangsaan di lingkungan Seminari.
Materi utama disampaikan oleh Gabriel Lay yang menjelaskan secara sederhana apa itu Forum Pembauran Kebangsaan, termasuk peran pemerintah dalam merajut persatuan di tengah tantangan zaman. Ia menekankan empat pilar bangsa, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, lengkap dengan tokoh-tokoh yang berperan serta contoh nyata di masyarakat. Dalam penjelasannya tentang UUD 1945, ia bahkan mengutip Kitab Suci, Matius 5:18 yang berbunyi “Sampai langit dan bumi berlalu, tidak akan berlalu satu iota atau satu titik pun dari hukum Taurat, sampai semuanya terjadi.” Ayat ini ia kaitkan dengan pentingnya menghargai hukum sebagai dasar kehidupan berbangsa.
Yopi Abor melanjutkan dengan menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari SK Bupati Ngada Nomor 287/KEP/HK/2025. Baginya, sosialisasi semacam ini adalah cara nyata menjembatani nilai-nilai kebangsaan dengan generasi muda.
Diskusi menjadi bagian paling hidup. Dua siswa, Yaldi Mangu dan Gio Demung, mengajukan pertanyaan terkait materi yang dibawakan. Yaldi menyinggung soal praktik KKN yang masih terjadi, sementara Gio mempertanyakan sejauh mana DPR benar-benar mendengarkan suara rakyat sebelum menyampaikan usulan kepada Presiden. Pertanyaan itu disambut apresiasi para pemateri sebagai tanda kepekaan siswa terhadap isu nasional.
Usai kegiatan, Gabriel Lay menegaskan kepada penulis bahwa tujuan utama Forum Pembauran Kebangsaan adalah menjaring aspirasi masyarakat. Ia mengakui, meski kegiatan bergantung pada anggaran, fokus utama mereka adalah menjangkau siswa dan komunitas menengah. “Kami mendapat respons positif dari Seminari. Itu menunjukkan semangat generasi muda yang ingin memahami kebangsaan lebih dalam,” ujarnya.
Kesan, Pesan, dan Harapan
Ketua OSIS SMA Seminari, Jodeth Haobenoe, merasa bangga bisa mengikuti kegiatan ini. “Sebagai warga negara saya bersyukur bisa mendalami kebangsaan supaya tidak ‘pincang’. Kesan saya istimewa, karena kami generasi muda diharapkan mampu mengimplementasikan Indonesia Emas lewat empat pilar ini. Pesan saya, jangan hanya SMA, tetapi juga SD supaya dibimbing sejak dini.”
Nada serupa datang dari Ibu Noni, guru PPKn yang mendampingi siswa. Baginya, kegiatan ini bermanfaat meski dirasa terlalu singkat. “Kegiatannya bagus, tetapi waktunya sedikit, buru-buru, informasinya belum mendalam. Harapan saya, waktu sosialisasi lebih lama agar siswa mendapat pemahaman yang lebih utuh,” tuturnya.
Sosialisasi Empat Pilar di Seminari ini menjadi bukti bahwa pendidikan kebangsaan tetap relevan dan penting. Di tengah derasnya arus globalisasi, siswa diajak bukan hanya untuk mengenal sejarah dan dasar negara, tetapi juga menanamkan nilai kritis, cinta tanah air, dan komitmen menjaga persaudaraan. Dari Sosialisasi tersbeut, semangat Indonesia kembali ditiupkan, menyalakan bara harapan bagi masa depan bangsa. (Roland Reko Li)